Ankku Tidak Bisa Berubah Dia Selalu Membangkan.

Sebenarnya bukan tidak bisa, tapi dia masi butuh waktu. Itu karena bahasa sayang kita belum sampai pada hatinya. dia belum percaya bahwa dia disayang. Dia mengira kasih sayang itu ketika dia meminta sesuatu akan terpenuhi dan dia akan didahulukan dalam hal apapun.

Dia hanya butuh belajar untuk menerima perasaannya dan itu harus dibantu oleh orang dewasa.
Kita harus bekerja keras untuk meyakinkan bahwa kita sangat-sangat sayang padanya dan memberitahu beulang-ulang bentuk kasi sayang yang sebenarnya.

Cara meyakinkannya yang harus terus kita pelajari. sebenarnya dia hanya tidak percaya diri, dia merasa tidak layak untuk disayang, makanya dia merasa harus memelas kalau bisa dia harus merampas kasih sayang dari orang yang dia anggap disayang lebih dari dirinya.

Dia merasa dia hanya akan disayang jika dia bisa memenuhi keinginan orang dewasa, jika dia bisa baik dan sempurna.

Dan dia sadar betul bahwa dia belum bisa sebaik yang diinginkan itu, makanya dia memberontak. dia merasa tidak ada yang menerima dirinya apa adanya.

Mari kita terus doakan dan selalu berupaya meyakinkan bahwa dia teramat berharga dihati kita. kita yakinkan bahwa kita sayang dan dipeduli padanya bahkan tanpa syarat apapun.

Salah satu cara yang harus dicoba, mungkin dengan tidak marah-marah jika dia bersalah dan tidak juga membiarkannya.
Misal kalau dilihat agak keterlaluan, ditarik, didukkan, tanyakan, perasaannya kenapa ? kita usahakan untuk memahami apa yang dia rasakan, kita ajak berpikir dengan memberi pilihan-pilihan yang baik dan memberi waktu agar dia tidak merasa ditekan dan dituntut jadi sempurna.

Para ahli parenting bilang, Anak-anak ketika diajak berbicara dan memberontak itu artinya dia berusaha meluapkan emosinya dan dia ingin tau apakah orang dewasa bisa menerima dia apa adanya atau tidak. setelah dia memastikan dirinya diterima, dia akan lebih tenang dan akan lebih mudah diarahkan.

Semoga Allah memudahkan semuanya. karena Allah yang memegang hatinya dan Allah juga yang memberi amanah pada kita dan hidayah untuk mendidiknya.

Aku Juga Sedang Berjuang

Kata wajib berjuang kadang begitu sensitif, bagi kami yang menjaga hidayah saja harus jungkir balik.

Sebenarnya aku juga berjuang ukhtii…
Meski sebatas berjuang, bertahan dalam hidayahnya.

Meski sebatas berjuang untuk keluar dari kata futur.

Percyalah aku sangat yakin dan aku cemburu akan lelah kalian, tapi maaf, “kata kamu lebih baik, lebih kuat adalah kata yang paling tepat untuk mewakilkan dintra kita”

Jika kau sanggup berkorban jiwa, harta dan rasa, saat ini aku hanya sanggup menangis karena cemburu.

Semoga engkau tetap istiqamah dijalannya. dan doakan agar aku, jika tak lagi sanggup sekuat dirimu setidaknya hingga hari matiku tetap dalam keimanan kepadanya.

Disuguhkan aib

Jika kamu mendengar aib saudaramu disuguhkan kepadamu, termasuk dari orang yang kamu anggap baik, tetaplah bertabayyun sebelum memutuskan untuk berprasangka atau bahkan membully. Sebab manusia ala arwa sang istri abu lahab belum punah dimuka bumi ini.
Ahli drama mungkin akan selalu ada disekitarmu, untuk menjadi ujian bagimu.
Sikapilah dengan cara yang bijak.

Tanya jawab hari ini.

kakak kok gak pernah cerita-cerita tentang mantan kakak. atau laki-laki yang pernah suka atau dekat sama kakak misal. emang gak ada bangat ya kak ?

He he pertanyaan unik ya..
Ini berapa pertanyaan si ?
Satu apa banyak? 😇

Allahu akbar,
Kalau mantan, Ia gak ada.
Kalau yang pernah naksir
Gimana yah ? 🤔 gak ada juga kayaknya, mungkin karena cantiknya kakak standar kali yah. he he

Adik cantik, yang namanya perempuan itu hakikatnya menarik, bagaimanapun tampilan dan modelnya.

Dan laki-laki yang suka godain itu akan ada-ada aja, tapi yang perlu diingat oleh kita kaum perenpuan adalah : laki-laki usil, yang suka muji, bilang kamu baik, cantik, aku tertarik padamulah dll. Itu bukan laki-laki yang tepat untuk mendapingi kamu. !

laki-laki yang baik itu tidak usil dan tidak muji-muji sebelum menghalalkan wanitanya.
laki-laki baik itu, tau cara menghargai dan menjaga wanita.
Dia tau bahwa hati wanita itu halus, disentuh sedikit akan meleleh. Makanya dia tidak akan tega merusak itu.
Dia akan menjaganya tanpa janji sebab takut menghianati, dia tidak berani mendahului takdir Allah dengan janji manis jaminan dusta.

Jadi adik solihah, kalau ada yang muji kamu, bilangnya kamu hebat, kamu baik, dengan maksud ingin mengambil perhatianmu. abaikanlah !! dia bukan laki-laki yang baik itu.

Kenapa kakak gak perna bercerita tentang laki-laki usil ? karena diantara mereka tidak ada spesial untuk diceritakan.

Kelak kakak akan bercerita tentang laki-laki spesial itu padamu.
Laki-laki yang serius dan tau cara menghormati wanita.
Laki-laki yang yakin dengan dirinya tanpa bertanya dan tanpa kesombongan.
Laki-laki yang siap menjaga wanitanya untuk hidup sedunia dan sesurga dengan ilmu yang lurus.
Laki-laki yang mampu meyakinkan calon mertua dan wanitanya dengan akhlak dan wibawahnya.

Smile 😍👌

Kita jawab 1 pertanyaan saja untuk hari ini karena 1 uda panjang. Oya buat adik-adik yang minta kisahnya dituliskan insyaAllah kami post setip ahad, 1 pekan 1 kisah, insyaAllah mulai ahad depan

Tanya jawab.

1. Kak, kalau ditanya ustadz-ustadz yang ada di youtube, siapa yang kakak rekomendasikan untuk kami mengambil ilmu, kakak sebut nama siapa ?

Kakak akan jawab tergantung kamu mau tau tentang apa, tauhid, tafskiyah, sirah atau…dll ?

2. Motivator yang paling sering kakak dengar siapa ?

Ada banayak, kakak sampai tidak tau yang mana lebih sering, mungkin kakak hanya akan menyebut 1 atau 2 nama saja dan ini bukan berarti yang paling sering. tapi kalau sering dengar ia benar. Abdi suardin dan merry riyana.

3. Motivasi yang paling manjur untuk membangkitkan semangat kakak kembali jika terpuruk apa ?

Tergantung terpuruknya kakak karena apa, karena menurut kakak kata motivasi itu punya tempat termanjurnya masing-masing.

4. Kata-kata yang paling sering kakak bagikan, apa ?

Tidak tau, mungkin temanya lebih sering tentang kecewa, karena banyakan masalah yang ditanyakan adalah tentang kecewa, walaupun alasan kecewanya macam-macam.

5. Kak kalau ditanya perintah siapa yang didahulukan antara suami atau ibu, kakak jawab apa ?

Kakak akan jawab. dahulukan komunikasi yang ahsan. dan lakukan yang lebih urjen.

Jika anda punya pertanyaan yang juga ingin dijawab oleh kakak, silahkan tanyakan dengan chet kakak di telegram. InsyaAllah kakak akan mempost setiap hari sabtu masing-masing 5 jawaban dari pertanyaan kalian.

Selamat mmbaca semoga bermanfaat.

Cita-cita sederhana.

1. Terkenal dilangit bumi dengan akhlakul karimahnya.
2. Motivator yang handal, Berpengetahuan luas, memiliki sifat/ kepribadian yang dapat diandalkan.
3. Menguasai bahasa arab/kamus arab berjalan.
4. Menguasai sejarah islam yang sohih.
5. Memahami Quran dan Hadits-hadits sohih.
6. Pandai ilmu, cerdas berpikir, kuat ibadah, giat beramal.
7. Santun, bijak, jujur, sabar & bertanggung jawab.
8. Menguasai ilmu syar’i
9. Ahli ilmu, wal-amal.
10. Ahli sedekah/ dermawan.
11. Memiliki amalan andalan & amalan rahasia.
12. Berkata benar dan berbicara seperlunya.

Jangan keluhkan keadaan

Berhentilah mengeluh.

lakukanlah yang kau bisa, selagi kau mampu, selagi Allah masih memberi ijin untuk bergerak, selagi kekuatan Allah masih menyertai dalam upaya. Berkejalah sesanggupmu.

Dihidup ini jelas perna terdapat salah, jelas perna percipta dosa. Namun mari mencoba berbangkit. jangan peduli orang yang akan mencelah, jangan peduli orang yang menjauh dan mengabaikan.

Tetaplah bergerak, melangkah bahkan walau terseok, bangkitlah ! berjalanlah dan jangan menengok apa-apa dulu sebelum kekuatanmu kembali pulih. Percayalah semuanya akan membaik kembali. dan yang harus kau tau bukan agar bagaimana semua orang membersamai dan memuji tapi agar waktu yang masih tersisa dapat termanfaatkan dengan baik.

Sukses itu bukan yang meraih gelar dengan segudang pujian

Hebat itu bukan yang tak pernah jatuh

Tapi yang hebat adalah yang mampu bangkit dari keterpurukannya.

Yang sukses adalah yang mampu keluar dari masalahnya dengan bijak kemudian menghabiskan waktu dengan penuh arti.

RQIB kehilangan.

Bismillahirrahmanirrahiim.
Innalillahi wainna ilaihi raajiuun.

Pagi ini Senin 18 januari 2021.
RQIB banjir air mata.
kita kehilangan.
kita kehilangan sosok ibu yang sangat bijak. kita kehilangan wajah yang padanya selalu terpancar senyuman meyakinkan dan menenagkan.
kita kehilangan pejuang Al-quran.
kita kehilangan penasehat yang bijak. kita kehilangan….😭😭😭😭😭

Allah menjemputnya dalam keadaan suci dari dosa InsyaAllah setelah melewati ujian panjang dengan penyakit yang begitu lama dideritanya.

Allah menjemputmu dengan bekal yang cukup, untuk memperoleh jannah tertinggi.

Ummi surga firdaus layak untukmu,
Sudah waktunya engkau beristirahat menikmati fasilitas dari sang maha. setelah melewati perjuangan yang begitu panjang.

Seharusnya aku mengantarmu dengan senyuman. tapi entah kenapa saat mendengar kabar kepergianmu aku tak sanggup melakukan apapun, aku lemas dan seakan tak percaya berita itu benar adanya. aku terdiam begitu lama, dan membaca WA itu berulang-ulang, berharap aku salah lihat, namun tulisan itu tidak berubah, bahkan berita itu semakin membanjiri setiap grup dan status dicontak HPku.

Ummi Allah menyayangimu.
Allah mencintaimu. Allah memanggilmu kedalam pelukannya.
Sudah usai deritamu, pergilah dengan tenang. air mata yang membajiri kini, bukanlah air mata tak rela.
pergilah ummi…
beristirahatlah…

Kami mencintaimu. dan kami akan selalu mengenangmu.

Temukan ketenanganmu

Adakah tingkah orang lain yang perlu dikecewakan ?

Adakah gaya hidup orang lain yang membuat kita terganggu dan marah ?

Atau ..
Adakah tingkah diri sendiri yang perlu disesali ?

****

Apa masih penting kebahagiaan kita diatur oleh orang lain ?

Apa masih penting ketenangan kita diatur oleh masa lalu ?

****

Harusnya tidak ! kita cukup pintar dengan dengan akal yang Allah anugerahkan.

Tapi yah pastinya kembali pada diri, yakni tempat dititipnya akal tersebut.

Senang itu pilihan pun.. dengan bahagia, derita, sedih, sama !.

Sama-sama pilihan.

****

Hari ini..
Apa yang tidak bisa dilapangkan? Hati ? salah ! Semua bisa jika kita mau.

Apa yang tidak bisa dikendalikan ? emosi ? emosi…pun bisa jika kita mau.

Intinya ada pada diri-sendiri.

Sulit ? yah mungkin, tapi berjuanglah demi ketenangan dan kebahagiaamu sendiri, sebab orang lain tak pernah tau cara membahagiakan dirimu.

Kadang orang berusaha maksimal demi kebahagiaan kita katanya, tapi nyatanya justru merusak susana hati kita.

Maka cari dan temukanlah bahagiamu sendiri, jangan gantungkan pada orang lain, sebab tempatnya ada pada dirimu-sendiri, dihatimu.

Iman ? yakinkan dan kokohkan !
Hati ? lapangkan !
Emosi ? kendalikan !
Prasangka ? tepis !

Kawan, disanalah letak bahagiamu , temuilah!!

Selamat beraktifitas 👌🏻

Rapalan do’a ibu adalah kutukan bagi anaknya

*.*

Jangan biarkan perapal do’a ijabah itu merapalkan doa yang akan berakibat buruk kepadamu.

Jangan paksa sang perapal do’a ijabah itu mengucapkan kata-kata yang tidak pantas untuk terjadi padamu.

Kau tak perlu cegah ibumu dengan kata “jangan” cukup jangan lakukan sesuatu yang akan membuatnya berkomentar tak baik padamu.

Tak perlu cegah ibumu dengan _menutup mulutnya_, cukup kau lakukan apa-apa yang membuatnya tak pernah lupa berkomentar baik kepadamu.

Ibumu, ajak beliau untuk tak pernah berhenti merapal do’a tampa kau memintanya. kalau perlu kau paksalah dia untuk selalu mengucapkan do’a-do’a terbaik itu. tampa kau berkata “doakan aku ibu”

Ajari ibumu bersyukur dengan kehadiranmu tanpa kau memberitahukan dengan kata “Ibu harusnya engkau bersyukur karena ada aku”.

**Ajari beliau selalu mendoakanmu dengan selalu mendoakannya**

Jika ada yang kedua itu bukan penghianatan

Didunia kita, tidak ada penghianatan, yang ada adalah kebahagian demi kebahagian.

Aku tak bisa mengatakan takkan ada yang kedua yang aku tau jika kelak akan ada yang kedua itu hanya tentang waktu bukan tentang posisi.

So’al istri jika akan ada yang kedua kita serahkan pada takdirnya, aku tak boleh punya alasan untuk mencegahmu melakukan sunnah rasulnya, aku tak berhak menentangmu dengan alasan recehku. yang aku tau jika memang Allah memberikan sesuatu, itu karena aku ataupun dirimu telah sanggup untuk hal tersebut.

Aku tak bisa egois seakan menjadi pemilik dirimu, sebab kutau kau hanyalah titipan untukku. aku tak ingin membahas banyak tentang hal ini dalam rumahtangga kita. bukan apa-apa hanya saja aku takut mengatakan sesuatu yang akan mendahului takdirnya.

Sangat banyak wanita diluar sana menjadikan khadijah dan faatimah sebagai alasan untuk menolak wanita lain masuk dalam rumahtangga suaminya. tapi kita juga tau dan tidak memungkiri bahwa sosok aisyah radiyallahu anhapun jelas keberadaan dan keteladanannya, dan kita tak ada apa-apanya dibandingkan belau. dan beliau menerima dirinya dimadu. kurang apa belau ? lalu kemuliaan apa yang dicari didunia ini ? apa jaminannya bahwa yang yang tidak merelakan suaminya menikah lagi lebih bahagia dari pada yang ridho dan memberi kelonggaran pada suaminya. ? dia mampu dan mau atau tidak biarlah itu menjadi jalan kebebasanya, sebab pemilik dia bukan kita. ada Allah yang punya syariat untuknya, dan dia bisa memilih untuk melakukannya atau tidak. soal sakit biarlah keyakinan dan do’a yang bertarung menjadi obatnya. sebab ridho bukan jaminan tak ada sakit dan tak ada cemburu.

Suamiku biarlah engkau yang memilih setia sendiri, biarlah engkau memilih menjadikan aku satu-satunya yang terdalam dihatimu tanpa aku mencegah yang lain memilikimu. biarlah engkau setia dengan alasanmu sendiri. jangan sampai aku memilih dosa dan menentang syariat seakan mati-matian mencegah dan ternyata Allah memang takkan pernah takdirkan kau dengan yang lain.

Sebab Allah tau kepada siapa ujian pantas untuk ditetapkan.

Suami yang setia hanya memilihmu adalah dia yang engkau memberi kepadanya kebebasan namun tetap memilih dirimu menjadi istri satu-satunya dihatinya. bukan dia yang engkau kekang dan harus bertengkar mencegahnya dengan berbagai dalih yang bahkan tak kau ilmui sendiri.

Kita dan waktu

Sudah menjadi kodrat hidup.
waktu tak selamanya menjadi teman walaupun dia satu-satunya yang setia membersamai kita dalam mengarungi setiap sudut cerita.

Waktu bukan musuh walau tak pernah sepakat untuk dijedah sedetik saja bahkan sekedar untuk bernafas.

Waktu, walau ia setia namun tak siap kompromi dengan keadaan. jika kau terjatuh dan memilih patah waktu akan tetap berlalu dia takkan menunggumu. tapi jika kau bangkit dan bersegarah maka waktupun tak pernah khianat untuk membawamu pada titik keberhasilan.

Benar kadang waktu harus menguji jalanmu untuk sukses sebagaimana iblis yang hadir menjadi penguji akan ingin dan yakinmu dengan surganya.

Waktu, walau kadang berat dipertaruhkan dengan kesuksesan namun kita harus memilih untuk menanti tanpa protes sebab dia tak punya kompromi untuk melaju lebih cepat dari poros biasanya atau sepakat untuk sekedar ditarik undur sesaat. ia selalu berjalan menurut alur yang semestinya.

Jarum jam yang kita kenal sebagai penentu waktu. Namun walau dipatahkan dengan niat untuk menghentikan, ia tak pernah peduli dan tetap saja berlalu.

Bukan wanita hebat.

Perempuan hebat adalah dia yang telah mempersiapkan diri akan segala kemungkinan termasuk jika kemungkinan akan menjadi istri kedua, ketiga, bahkan ke-empat. tapi maaf diriku tidak sekeren itu, aku tidak punya persiapan sedikitpun untuk menjadi istri kedua. bahkan untuk menjadi istri pertama… pun masih dengan seribu pertimbangan.

Pastinya aku tidak berpotensi untuk merusak rumah tangga orang lain. yah melangkah tanpa persiapan, melangkah tanpa pertimbangan, pasti akan menyakitkan banyak pihak. Dalam hal ini bukan sebatas teori yang akan dipersiapkan. dan yang pasti aku tidak sedang siap dalam hal apapun tentang ini. bahkan termasuk untuk sekedar berdebat.

Anggaplah sebuah pertanyaan tak pernah terlontar, dan pernyataan inipun tak pernah ada. Aku paham ini bukan suatu kesalahan karena syari’at telah mengatur jejak ini. yang pasti aku dengan ilmu yang minim belum berpikir kearah sana dan entah aku sendiri tak tau akankah pemikiran itu akan kesana ?.

Bagiku ilmu seperti ini tak mudah diperoleh, butuh perjuangan dan pengerbanan yang jitu untuk mendapatkannya dan aku belum siap untuk terjung kedasar laut demi memperoleh ilmu yang perjuangannya sesulit itu.

Andaipun semua ilmunya telah kuperoleh mungkin aku masih tetap gigih dengan pertimbangan yang kupunya. bukan bermaksud ego tapi jangankan menjadi yang kedua menjadi yang pertama sekalipun aku belum punya keyakinan siap dan sanggup menjalankannya.

Pernikahan bukan soal coba-mencoba. butuh persiapan matang, akan perjuangan yang panjang. butuh komitmen yang kuat. Terlebih jika aku harus merebut perhatian dan menjadi buah bibir ummat. Aku tidak siap melakukannya dengan alasan da’wah sekalipun, karena masih banyak jalan-jalan lain dalam da’wah ini yang belum kutempuh. dan aku tak yakin akankah da’wah takkan lebih tersulitkan dengan rencana penyatuan yang maaf jika menurutku mungkin akan egois karena harus mengorbangkan banyak rasa.

Dengan iman kerupuk dan ilmu secuil, Aku percaya bahwa dibalik setiap keputusan pasti telah dipertimbangkan dengan sangat baik dan tentu saja didasari dengan niat yang sangat baik pula.

Aku tidak membenci syariat ini dan aku tidaklah layak merasa kecewa dengan jalur syariat yang ditawarkan. bahkan aku kagum pada orang-orang yang telah siap untuk hal ini. sesuatu yang masih sangat sulit menurut kaca mata ilmu minim yang kumiliki, tapi justru orang disekitarku sudah ada yang siap untuk itu.

Mohon maaf dan mohon diminta ampunkan pada Allah sebab kekurangan ilmu hingga tidak bisa membersamai niat baik.

Benteng pernikahan

Jika kau bertanya tentang cinta, aku tidak terlalu paham tentang cinta. yang kutau cinta bukan keputusan untuk memaksa agar bisa saling memiliki.

Jika kau bertanya tentang rasa aku tidak tau, yang kutau bukan rasa yang menjadi penentu kecocokan untuk bersatu.

Sama-sama soleh, sama-sama baik, bahkan sama-sama cintapun belum menjadi jaminan kecocokan untuk hidup bersama. Sebab bukan ukuran cinta, baik, dan soleh yang akan mempertahankan pernikahan.

Cinta melemah dalam pernikahan itu bukan masalah besar, itu hal yang wajar. Tapi komitmen pastikan untuk selalu diperbaharui, sebab inti dari dari pernikahan adalah komitmen dan akan berbahaya jika dibiarkan. komitmen yang melemah bisa mengancam pernikahan.

Suksesnya pernikahan adalah saat kita berhasil memelihara komitmen hingga akhir, komitmen untuk senantiasa membangun dan menjaga kepercayaan serta saling menghargai dan saling memahami.

Dilauh mahfudz bukan nama kita yang disandingkan.

Kau pernah mengetuk dan bertamu dihatiku.
Akupun pernah memberimu kesempatan dan kau sia-siakan itu. kemudian kau mencoba untuk kembali, sayangnya saat kau kembali kesempatan yang kuberikan telah memasuki masa Expayernya.

Tentu saja semua telah direncanakan baik oleh Allah. kita hanya ditakdirkan untuk saling mengenal bukan untuk saling memiliki.

Perencanaan penyatuan kita bukan atas restu ilahi walau telah menjadi restu oleh masing-masing keluaga kita.

Kini telah menjadi pasti bahwa engkau ataupun aku, kita telah disiapkan dengan jodoh terbaik kita masing-masing walaupun engkau dan tanggal pernikahanmu telah terterah jelas sementara aku dan jodohku masih dalam bentuk rahasianya, tapi aku yakin bahwa rencananya itulah yang menjadi takdir terbaik.

Aku tak menyesal pernah memberimu kesempatan walau kau sia-siakan. Aku tak pernah membencimu atau merasa terhianati olehmu walau sebenarnya aku sempat kecewa. bukan hanya karenamu tapi karena menjdi buah bibir orang-orang yang belum sempat kupersiapkan saat itu, yang pada akhirnya aku menyadari bahwa itu adalah salah satu pembentukan untuk membuat diriku semakin dewasa.

Aku percaya bahwa kaupun tak pernah membenciku walau kau sempat mengucapkan kata yang kupikir tak seharusnya kau lontarkan hanya karena kecewa dengan keputusanku, yang memintamu untuk menunggu. Andai kau bisa bersabar saat itu, mungkin kau tak akan mendapati keadaan terkunci serapat itu saat kembali mencoba mengetuk.

Biarlah takdir kita dibicarakan oleh waktu dan diakhiri pula olehnya, tak ada yang mampu menghapus apa yang pernah menjadi kisah diantara kita walau tak ada kata menyatu.

Bukan penyatuan kita yang terpenting tapi bagaimana kita bisa mengambil pelajaran dari setiap sudut-sudut jalan yang telah kita jejaki.

Hari ini aku tidak tau apakah aku harus bahagia atau justru bersedih melihat undanganmu berada didepan mata. tapi yang pasti aku tersenyum karena engkau telah dipertemukan dengan jodoh yang cocok untukmu. Jagalah dia, hargai perasaannya. dia adalah wanita yang baik. aku tidak tau apakah aku akan mengijinkanmu hidup aman andai kelak menyakitinya.

Soal salah dimasa lalu kini semua telah telah termaafkan, dan telah menjadi kesyukuran karena Allah telah mengajarkan arti dari sebuah keikhlasan.

dengan lewatnya engkau sesaat mengiringi langkahku, kini menjadi pelajaran berharga bagaiku, yakni menjadi semakin dewasa.

Penggalan-penggalan hikmah

Yaa Rabb Jangan biarkan terlihat dan terdengar olehku suatu beban kecuali kau ijinkanku menjadi solusinya.

Waktu dan masalah yang akan membuat kita dewasa untuk menyadari dan mensyukuri setiap keadaan.

Ada masalah sepeleh namun soeleh ingin merengguk jiwa, merobek jantung, menyayat hati, membuat sakit segitu dalamnya, adapula masalah yang lumayan berat namun justru kita santai menyikapinya.

Solusinya hanya satu yaitu sadar bahwa kita sedang bersama Allah. Entah kita ikhlas atau sedang dibelajarkan tentang ikhlas.

Aku tak pernah menyakal atau mencoba menghindar atas setiap takdir yang akan terjadi tapi jujur kadang keimanan sedang melemah nan rapuh membuat semuanya menjadi sulit dan menjadi ketakutan.

Bukankah setiap keindahan akan ditemui setelah setiap masalah kita lewati. Aku percaya bahwa bahwa yang indah akan tiba masanya setelah puncak luka telah dilewati.

Setelah pahit tertelan biarkan semua menjadi obat jangan biarkan menjadi racun andaipun mereka meniatkannya menjadi racun. kita bisa mengolahnya menjadi obat. Racun yang ditabur takkan sanggup menghancurkan hati lapang, mungkin akan terseok, jatuh patah nan sakit namun ia akan kembali bangkit dan berlari kencang. Racun itu hanya akan melumpuhkan sesaat dan setelahnya justru akan menjadi kekuatan dan jembatan-jembatan yang indan untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan.

Bahagia itu tak bisa hanya menjadi cerita sebab bahagia adalah impian setiap manusia. kapan kita bahagia ? kapan saja saat kita bisa berlapang atas segala ketetapannya. aku tak pernah membenci masalah walau pahit dan melukai, walau mematahkan dan membuat harus merangkak. sebab masalah yang membuat kita dewasa.

Jika dulu ada, dan bahkan banyak air mata yang tumpah saat berusaha tegar membersamaimu sekarang ingin kupastikan akan banyak senyum saat belajar merindukanmu.

Aku takkan lupa atau menyesali bahwa engkau pernah berjasa mendidik pribadiku menjadi dewasa. dipertemukan denganmu adalah anugerah walaupun dulu saat aku mulai belajar mendewasakan diri aku merasa bersamamu atau hidup denganmu adalah beban.

kini menjadi yakin bahwa setiap takdir adalah kebaikan. setiap keberadaan adalah tempat belajar, maka akan selalu belajar pada setiap moment di setiap episode kehidupan.

Tentang kita adalah keindahan tentang setiap kesalahan telah memperoleh maaf. biarkan menjadi cinta dan mengokoh menjadi kerinduan sebab banyak pelajaran yang bisa dipetik setelah kebersamaan kita.

Akukupun sedih saat tau kau menangis menyadari ada perlakuan yang salah kepadaku. namun aku mesti tersenyum, sebab menurutku air mata itu akan menjadi penghapus akan dosa-dosa yang indah, sebuah dosa yang telah mengajariku memperoleh hati yang lapang. Sebuah dosa yang membantu mempertemukan aku dengan keikhlasan. Maka bagiku tentu saja kesalahanmu telah menjadi sebuah anugerah dan barokah yang sempat setia mengawal setengah pejalananku, hadirmu begitu berarti dan aku harus sukuri itu. tentang air matamu kini adalah air mata terindah.

Aku teringat kisah sahabat yang membunuh paman kesayangan nabi namun setelahnya ia kembali berislam dengan sebaik-baiknya. hingga dikatakan bahwa “sang pembunuh dan yang terbunuh sama-sama penghuni surga”.

Yang menjadi pasti adalah kesedihan padahal kau harusnya senyum karena medapatiku sedang tersenyum kau tau bahwa air mata yang dulu kau paksa mengalir dengan senyuman mencibir mengajari aku untuk tersenyum tulus,

jika kau datang dan kusadari bahwa engkau sedang menebar racun aku begitu kecewa. namun saat racun yang kau tabur mampu kuolah menjadi obat. aku bersukur sebab hadirmu telah mengajariku hidup dewasa.

Jujur ada banyak kesalahan yang tercatat yang kupikir sulit untuk terpulihkan namun semuanya berubah menjadi kesyukuran.

Ada banyak luka yang menyulitkan saat tersudutkan ulah namun semuanya mengering perlahan pulih merata sebab yang tersakiti dulu bukan hati mati tapi hati yang sedang bertumbuh.

Aku masih teringat bagaimana dulu aku begitu takutnya untuk tersenyum, aku takut tersenyum sebab khawatir besok akan menangis, aku tidak berani berdiri apalagi terbang sebab khawatir esok akan jatuh. aku tak yakin dengan sayap yang kupunya. aku rapuh aku lupa saat itu bahwa bahagiaku tak ditentukan olehmu. bahkan aku tak tau adakah setiap senyum yang kumbar dibarengi ketulusan ? aku hampir tak pernah mengenali adakah ketulusan dalam setiap senyuman. yang jelas kadang aku paksakan diri untuk terbahak untuk melepas luka dan menutupi setiap kecewa.

Ayah

Ayah, Apapun keaadaanmu, bagaimanapun engkau, bagiku kau adalah ayah terbaik yang pernah ada, engkau tetap ayah terbaik dan teristimewa bagiku.

Ayah, andaipun banyak yang menyebutkan kekurangan tentangmu, bagiku yang terdengar dan terlihat hanyalah istimewamu.

Engkau boleh begitu sederhana tapi bagiku yang terlahir dan terdidik olehmu kemudian bertumbuh melihat banyak hal dan belajar menjadi dewasa dibawah asuhanmu tentu sangat mensyukuri itu.

Ayah percayalah yang tersaring dihati kami tersisalah kebaikanmu. proses pendewasaan kami adalah melalui ayah sederhana seperti dirimu, dan andai aku diijinkan untuk terlahir kembali dan bisa memilih ayahku sendiri, aku hanya akan bersedia menjadi putrimu kembali.

Sebab bagiku dengan menjadi putrimu telah cukup utuk hidup penuh syukur.

Ummah

Ummah, banyak yang bilang bahwa kasih sayang seorang ibu mustahil bisa sama, seimbang dan rata keanak-anaknya, “Pasti ada yang teristimewakan katanya”. namun engkau telah membuktikan pada kami kasih sayang yang sama dengan jujur.

Aku percaya padamu walau hampir setiap hasil penilitianku membantah pernyataanmu. aku yakin kami semua teramat istimewa dihatimu dan aku tak bisa membayangkan bagaimana jika kamu kehilangan satu saja diantara kami. tapi aku juga percaya dengan anugerah keimanan Allah kepadamu kaupun jadi mampu mengatasai segala rasa yang akan ada.

Ummah bahkan dulu aku ingin membantah 1000 pernyataan dari para ibuan yang mengaku tak mampu samakan istimewanya setiap dari buah hatinya. aku ingin katakan dia bodoh, tapi sekarang aku jadi tau bahwa memang tidak setiap orang dianugerahi Allah keberuntungan yang sama sebagaimana kami dianugerahi seorang ibu sepertimu.

Terimakasih ummah telah menjadi ummah terbaik buat kami. kami bangga dan kami bahagia lahir dari rahimmu.

Wahai Ummah

Tiba-tiba saja engkau memenuhi relung hatiku. Terbesit ingin menulis sesuatu tentangmu walau tak banyak yang bisa kutulis hanya saja bila aku bisa menulis seharusnya hal pertama yang kutulis adalah tentangmu. walaupun bukan yang pertama kupublikasikan. setidaknya tentangmu telah cukup merajai hati-hati kami.

Engkau tersebab awal kehadiran kami, dan engkau juga alasanku bertahan tuk tak pernah pergi, seperti halnya kau tak pernah pergi dari kami. Sebab alasan pergimu adalah untuk kami. Meski engkau sempat menjauh namun itu adalah untuk meraih gelar2 sarjana kami.

Engkau telah mendapati kami dengan ikhtiarmu dan kami belum bisa mendapati dirimu seperti yang kami mau, yang doakan dan kami usahakan. Hanya kepercayaanmu, kesabaran dalam do’a-do’a-mu yang dapat menguatkan langkah-langkah kami untuk mengejar mimpi-mimpi yang ada.

Engkau terlalu baik buat kami, engkau selalu ada untuk kami, engkau selalu menjaga hati-hati kami sementara kami tak pernah mampu menjaga hatimu. Maafkan kami ummah, kami terlalu sering mengecewakanmu, terlalu sering melukai hatimu dan engkau sudah terlalu sering memaafkan kami.

Ummah jangan lagi terlalu khawatirkan kami, karena engkau telah menuntun kami menjadi dewasa. terimakasih atas segala maafmu, terimakasih atas hatimu yang sempurnah terbuka buat kami.

Ummah, kami takkan tanyakan lagi tentang cintamu, sebab yang kami tau adalah hatimu sepenuhnya untuk kami. Walau banyak membuatmu kecewa tapi engkau, kasih sayangmu tetap setia kepada kami.

Ummah, dengan segala kebaikan dan maafmu engkau telah berhasil membumi dihati kami, dan menurut kami mungkin pada dirimu telah terlukiskan seluruh keindahan yang ada. Cintamu membuat kami merasa memiliki segalanya. Serasa tak pernah kehilangan, serasa tak pernah kekurangan. Selama sadar, kami masih memiliki dirimu sebagai asep terbaik, sang pemilik do’a tulus, perapal kata ijabah.

Ibu bagi kami engkau adalah bidadari dunia yang amat menawan, menarik perhatian nan cantik luar biasa. Senyummu terlalu manis untuk dilupakan, tatapan matamu terlalu menggoda untuk diabaikan, engkau berhasil merampas yang terdalam dari yang pernah kami miliki yaitu hati-hati kami.

Termikasih telah menuntun kami seperti sekarang, terimakasih atas do’amu yang tak pernah putus, terimakasih atas hatimu yang selalu terbuka lebar untuk terima salah kami. Terimakasih atas maafmu yang tak pernah tertutup, termakasih atas cinta dan perhatianmu yang tak pernah usai.
Terimakasih atas segudang perhatian yang tak pernah melemah, terimaksih atas selaut kebahagiaan yang tak pernah mengring.

Wahai ummah “LILLAH” kami mencintaimu
Engkau istimewa, engkau utama dihati kami, dan kami semua mengagumimu. jika saja aku diberi pilihan untuk terlahir kembali, aku hanya akan memilih kembali terlahir dari rahim seorang ibu sederhana sepertimu yang tidak memiliki pendidikan tinggi namun mampu menjadi yang teristimewa dihati anak-anaknya.

Berhentilah membodohi rasa.

Siapa kamu ?
mengapa kadang begitu dalam merindukanmu, dan begitu menyita waktu memikirkannmu.

Siapa kamu ?
Adakah kamu memang berniat menyiksa, adakah kamu memang ingin menyulitkan ?

Siapa kamu ?
Mengapa ingatan tentangmu begitu melekat, dan mengalihkannya darimu begitu sulitnya, dan mengapa dihati ini engkau serasa begitu teristimewakan. ??

Siapa kamu ?
Haruskah kamu membuatku gila ?
Haruskah bayanganmu selalu menyertai ? padahal yang kutau tidak ada sesuatu yang istimewa yang harus dikenang tentangmu, tapi mengapa engkau begitu betah dalam ingatan ini.

Engkau cukup menyiksa, ingin melupakan namun tersulitkan. akankah memang hadirmu untuk menyulitkan.

Rasanya wajib melupakanmu sebab melepas dan mengikhlaskanmu tidak cukup untuk mengabaikanmu.

Aku sudah membuang banyak hal, bahkan hampir segalanya tentangmu, namun bayangmu masih tetap menghantui.

Aku bukan sedang penasaran tentangmu sebab aku sudah hafal segala celahmu tapi entah mengapa hati ini masih memaklum dan tetap merindukanmu.

Inikah yang disebut cinta, inikah rasanya ? tidak jauh berbeda dengan gila. Rasa yang begitu kuat melawan logika. bahkan logika dan ego tunduk tak berdaya dibuatnya. Yang tampak biasa menurut akal sehat tersulap begitu indah menurut rasa.

Ikut-ikutan ada batunya.

Salah satu cara hidup yang harus dihindari adalah ingin baik jika melihat semua orang sudah baik, ingin berubah yang penting semua orang sudah berubah. Jika semua lalai kitapun ikutan aja.

Pernah gak sih ngerasain ikut-ikutan lalu kamu yang dapat batunya ? inginnya protes dan ngungkapin bahwa yang lainpun sama aja, namun sayang karena nyatanya kamu bukan lagi anak kecil yang harus saling menuduh saat tersudutkan. Gimana rasanya ? Gak enak bangat kan yah, tapi apalah daya kamu sudah terperangkap.

Allah mengajarkan kita agar senantiasa istiqamah dijalannya, bukan ikut-ikutan dalam kelalaian, maka bersukurlah jika yang kena batunya adalah kamu, itu artinya Allah sayang padamu dan ingin mengembalikan kamu pada jalannya.

Jangan bercermin pada yang salah dan keliru, sebab kelak masing-masing kita akan bertanggung jawab akan dosa sendiri.

Orang yang kamu ikuti tidak akan membantu dan membela kamu dengan kamu ikut menjadi brutal bersamannya, yang ada ketika kamu terjatuh dan terperangkap dia akan ikut berserak layaknya seorang pemenang. sekalipun dia berperan sebagai sahabatmu saat kamu melakukan kesalahan tersebut.

Tidak ada, tidak ada persahabatan yang awet jika dirajut dalam kelalaian.

Maka buat kamu yang belum pernah merasakannya, tak perlu jadikan dirimu korban untuk tau bagaimana rasanya diasingkan dan dikucilkan karena kesalahan semacam ini.

Aku rasa kau cukup pintar untuk mengambil pelajaran dari kisah yang sudah ada. Aku sendiri bukan hanya sekali menjadi korban sebab dulu aku belum secerdas kamu saat ini. Maka untuk menebus kebodohan itu aku sengaja mengabadikan segores tinta ini agar kesalahan seperti ini cukup terjadi hanya pada diri ini saja, tanpa perlu lagi kesalahan yang sama terwariskan kepadamu.

Sukuri apa yang ada

Banyak diantara kita yang kadang melihat orang lain seperti sangat menyedihkan tapi ternyata orang tersebut sebenarnya bahagia.

Banyak pula yang kita saksikan seakan sangat bahagia tapi ternyata justru yang terlihat sangat menyenangkan itu adalah beban baginya.

kadang apa yang kita keluhkan justru itu adalah impian orang lain. dan kadang apa yang kita impikan justru itu adalah Jtraumanya orang lain.

Mari kita lapangkan hati terhadap keadaan masing-masing.
Mari kita syukuri hidup masing-masing.

Good Morning

Sepenggal pesan

Ukhtii dengarkanlah !!

Bismillahirrahmanirrahim.
Beginilah kebanyakan kami, kami sampaikan untuk menenangkanmu.

Maafkan kami jika dulu kita penah bertemu dan sempat menyimpan rasa, entah dibangku sekolah, dibangku kuliah atau dimanapun itu.

Ukhti jika masih ada rasa itu, sudahilah, aku tau engkau boros tentang rasa tapi yang perlu anda pahami, dunia nyata ini sangat berbeda dengan yang sering kita saksikan difilm-film, dimana sang ikhwah akan menggalau dan mencari gadisnya hingga keujung dunia.

Kami tidak seperti itu ukhti. jangan tunggu kami, jangan pelihara rasa itu, bagaimana jika kamu menunggu dan ternyata aku sudah sangat bahagia dengan wanita halalku ?

Ukhti soal rasa bagi kami itu adalah hal yang mudah untuk dikendalikan, bagi kami jatuh hati itu tidaklah sulit. Maafkan kami, Kami paham soal kesetiaan akan rasamu tapi pahamilah bahwa kami tak sekuat itu mempertahankan kesetiaan. Hidup kita bukan difilm ukhtii tapi didunia nyata. Bagi kami, Tanggung jawab kami adalah yang telah halal bukan yang belum ada jaminannya. Maafkan kami jika dulu karena kelemahan kami yang tak mampu menyembunyikan rasa, hingga kau tau dan terpikat oleh tingkah kami.

Ukhtii maafkan kami.

Bangunlah !!

Islam meleklah, bagunkan masyarakat, bangunkan pemerintah. Jangan hentikan da’wahmu jahilnya dunia belum usai.

Valentine’s day masih viral. bukan hanya kaum kuffar yang melakukannya tapi juga muslim. identitas islam masih merajai indonesia tapi nilai moral dan pemahamman islam dibawah minimal.

Valentine’s day digelar, hari persinahan sedunia dihalalkan. jika tidak ada unjuk rasa dan wujud prihatin dari masyarakat, Islam, dan khususnya pemerintah sebagai pelaku kewenangan untuk melakukan pencegahan dan penglarangan akan hal ini, berarti masyarakat, Islam, maupun pemerintah kita sedang tertidur nyenyak.

Mari bangunlah, dan bangunkan pemerintah kita. saya rasa persinahan tidak dihalakan oleh agama manapun sebab moral masih menjadi utama disetiap agama. tapi adakah yang peduli hal ini ? haruskah muslim saja yang peduli moral ? hanya muslimkah yang terluka dan tersakiti karena hal ini ? “Harusnya kita semua menangis”.

Siapa yang bangga disini, agama mana yang bahagia ? Siapakah sebenarnya pemilik indonesia ? Dimana para khalifah dunia ? Mengapa dalam waktu semalam zinah bisa menjadi halal ? Mengapa dalam semalam moral (harga diri) hanya bernilai sebatang coklat ?
Perannya siapa yang dibutuhkan untuk mencegah hal ini ? Peran siapa yang dibutuhkan untuk menjaga moral indonesia ?

Apa dan dimana peran pemerintah kita menyaksikan hal ini ? Sungguhkah pemerintah kita sedang tertidur ?

Mari saling membangunkan.
IF YOU LOVE Indonesia.

Muhasabah

Januari 2019.

Makassar banjir, Gowa longsor.
Hujan air mata dalam rintik tangis.

Aku asal Gowa penghuni Makassar, kota asalku longsor, tempat hunianku kebanjiran. dan hanya bisa merintih, dalam tangis kusaksikan sang korban membutuhkan bantuan sementara tak ada jalur untuk tiba disana. kekuatan sederhana tak mampu berbuat apa-apa, bukan tak peduli tapi tak sanggup. Do’a, hanya do’a yang dapat kualirkan tiada putus-putusnya kepada sang pemilik kuasa, agar menjadi kebaikan bagi siapapun yang sedang terkena musibah saat ini. Walaupun doa-doaku sendiri tak punya jaminan makbul tak memiliki ijazah terkabul, tapi hanya itu yang dapat kulakukan. Apalah daya aku hanya bisa mendengar dan menyaksikan penderitaan mereka melalui media.

Meskipun tempatku tak semenyedihkan mereka tapi yang pasti ketakutannku sungguh luar biasanya. membayangkan korbanya tak bisa mendapatkan portolongan sang dokter, sebab situasi untuk sampai kerumah sakit hampir mustahil. membuat air mata semakin menderas. apapun yang terjadi padanya hanya pertolongan Allah satu-satunya yang menjadi harapan.

Saudaraku hujan hari ini menjadi ujianmu, mungkin aku tak semenderita dirimu tapi khawatirku melampaui pengetahuanku, aku bukan takut jika diantara kita harus ada yang kembali padanya. tapi aku takut jika hal ini bukan, bukan sebatas ujian namun musibah. aku takut jika jangan-jangan ada sesuatu yang dibencinya dan menjadi amalan rutinitas kita. khawatir jika ada sesuatu yang dimurkainya dan menjadi biasa saja menurut kita.

Allah memilih Gowa dan makassar pasti bukan suatu kebutulan, Allah telah merencanakan semuanya dengan sempurna, mungkin Allah menginginkan hal ini agar menjadi pelajaran.

Makassar dan Gowa belum usai merintih, saat ujian tiba bukan kedekatan pada Allah yang menjadi utama dan viral tapi (syirik) kerusakan aqidah yang makin mengokoh.

Longsornya Rannaloe dengan sangkaan penjaga gunung bulo-bulo sedang marah itu cukup menyedihkan. Sementara banjirnya makassar masih sempat dimanfaatkan oleh perusak aqidah, yang mengaku sang wali tuhan dengan pernyataan “jika aku tidak duduk diatas jembatan ini maka air tidak akan surut” Innalillah, tidak cukupkah bencana ini menjadi pelajaran ? tidak cukupkah deritanya saudara-saudari kita dan melayangnya sejuta nyawa menjadi pelajaran ?

Wahai hamba Allah lakukanlah tugasmu sebaik-baiknya. jangan melampaui batasanmu, tugasmu telah jelas, tugasmu adalah taat. Adapun urusan tuhanmu biarkanlah menjadi urusannya. penyelesaiannya terimalalah sebagai penyelesaian terbaiknya.

Lahaula walaaquwwata illaa billah

Bertarung luka

Engkau halal buatku namun bertahan membersaimu serasa luka yang akan mengabadi. tapi menurutku luka kali ini telah menjadi keharusan.

Orang tuamu boleh membenciku, orang tuamu boleh tak menginginkanku dan menghargai tentang penyatuan kita. Dan kau boleh bersalah padaku karena tidak memberitahukan padaku bahwa kau memperistri diriku diluar restu orang tuamu.

Dulu aku sempat berpikir untuk pergi dan berlepas diri darimu karena menuruku kau telah memih aku dengan penghianatan. Aku marah padamu karena kau telah membawa aku ketempat yang menyeramkan ini. Kau tau ibumu membenciku dan kau tetap membawa aku kesini, kau tau ibumu tak mengharapkan hadirku tapi kau membawa aku untuknya, dan yang paling menyakitkan adalah karena engkau tidak memberitahuku, setidaknya aku punya persiapan untuk menepis luka-luka yang akan hadir. setidaknya aku paham apa yang menyebabkan aku diabaikan. setidaknya aku tau mengapa aku dibenci, dan tidak harus kebingungan sendiri seperti ini.

tapi kini kebaikan dan permintaan maafmu sudah tidak bisa kuabaikan. Kau yang selalu baik padaku dan tidak bosan memita maaf membuatku tak berdaya untuk mengabaikannya. aku hanya orang bisa. aku sadar tak harus membuatmu mengemis maaf dariku. Terimakasih kau telah berhasil menguatkanku.

Sekarang andai sekalipun ibumu mengusirku aku akan tetap membersamaimu. Bukan karena harga diri telah habis tapi aku telah menyadari kewajibanku untuk berbakti dan selain itu akupun tak inginkan anakku kebingingan kelak mencari sosok ayahnya.

Sekarang aku telah menghapus pikirku untuk pergi darimu. aku akan membersamaimu apapun yang terjadi. aku tak ingin menyesal membuat diriku akan merindukan sosokmu. tak peduli ibumu belum setuju. aku tak peduli jika ibumu belum bisa menerima dan menghargai aku. Yang aku tau sekarang saatnya aku berusaha menjadi menantu yang baik untuknya, aku akan berusaha berbuat baik seta bersabar hingga memenangkan hatinya, seperti yang telah engkau lakukan padaku. mungkin ini hanya tentangtang waktu. walaupun sebenarnya aku masih takut takkan sanggup memenangkannya hingga akhir tapi berupaya saja dulu biar Allah yang menentukan hasil akhirnya.

Aku bersyukur karena yang harus berupaya kumenangkan hanya 1, yakni hati ibumu. bukan hatimu. sebab banyak orang yang masih harus berjuang untuk mendapatkan hati suaminya. Tapi aku, walau tidak sedang merajai hatimu tapi setidaknya aku telah merasa menjadi mentri disana.

Saat ini aku sedang berjuang keras dengan semangat 45. mungkin aku akan melemah jika engkau yang tak lagi menginginkanku. Tapi aku berharap takkan pernah begitu. hari ini aku sudah siap bertarung luka, bersabar hingga memnangkan segalanya. sebab yang kukejar adalah ridho dari pemilik pintu surga oleh pintu surgaku saat ini.

Kita ditakdirkan bersatu bukan karena suatu kebutulan tapi karena sebuah pilihan maka kita bertanggung jawab untuk menjaga komitmen yang telah kita sepakati dan memperjuangkan apa harus diperjuangkan.

Pergilah!!

Kau boleh pergi

Kau boleh pernah ada dihatiku dan aku takkan sesali itu.

Aku tidak pernah berusaha menyimpan namamu disini. tapi kau yang datang dan memaksa mengukir namamu sendiri. aku tidak akan menghapus namamu seperti halnya aku tak perna mengukirnya. aku tidak tidak bertanggungjawab untuk itu. engkau sendirilah yang akan menghapusnya. sebab itu adalah tanggungjawabmu.

Orang yang pernah singgah dihati ini, takkan kupaksa pergi. biarlah ia menjadi kenangan, biarlah menjadi hiburan, hingga waktu yang ditetapkan olehnya usai.

Yang singgah tentu bukan yang pernah atau akan membuat luka tapi dia yang akan mengukir bahagia. Sebab yang melukai dia akan segera berlalu, dan aku akan tetap menghargai itu.

Yang menyakiti biarlah berlalu. aku tidak mengijinkan ia berteduh disini.

Sandaran luka.

Air mata ini mungkin tak lagi berarti, tapi biarlah untuk menenangkan. Pergimu bukan hal yang kusesali, tapi merasa kehilanganmu adalah hal yang pasti. aku yang memintamu pergi dengan isyarat, bukan memintamu menghilang.

Aku berharap engkau pergi dan kembali dengan jalur yang benar. tapi sungguh kau tak paham itu, meski sebenarnya akupun memang tidak memberimu isyarat lebih dari sekedar pergi.

Aku takkan sedihkan lagi tentangmu, sebab aku sudah tau bahwa engkau tak tau cara membersamaiku. Kau tak tau jalur untuk menemukanku kembali. Biarlah kehilanganmu yang penting hidahnya tetap membersamai. cukuplah aku dengan senyum karena masih bisa merasakan berjalan diatas jalur yang benar. tak peduli betapa ambruknya hati saat memaksa melepaskanmu. tak peduli betapa dalam namamu tertuliskan disini, dan berapa banyak waktuku terbuang untuk melupakanmu.

Separuh hidupku telah kau bawa pergi dan semuanya harus kulepaskan. Biarlah, yang pasti aku tak menginginkan hadirmu kembali dengan jalur yang sama.

Biarlah kau menghilang jika bersamu bukanlah dalam bentuk kebaikan. Biarlah disini untuk menghapus namamu cukup sulit dan menguras waktu. Jika pilihan bersama takkan pernah berbuah kebaikan.

Memilih bersamamu adalah bentuk penentanganku padanya. Pada dia yang justru takkan pernah abaikanku. yang takkan pernah acuhkanku. yang takkan pernah terlantarkan dan tinggalkanku dalam keadaan apapun.

Kecewa, dan luka ini hanya akan sesaat sebab memutuskan berada diatas jalurnya pasti ada kebaikan dan kemenangan yang menanti.

Luka ini akan segera menipis. perlahan akan mengering dan sembuh seperti sedia kala. sebab kubawa dia ditempat sandaran terbaik. ditempat bersandarnya segala hati yang sedang terluka dan seambruk apapun.

“Barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang dicintainya karena Allah. Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik”.

Penghianatan 2

Mungkin hal ini sederhana, dan kecil menurutmu. Tapi terlalu membekas buatku.

Aku tidak tau apa alasanmu melakukannya, yang kutau kau telah berhasil menaruhkan luka dikedalaman hati.

kau seperti begitu mudah memulai permainan ini, semoga engkau tak pernah merasa kesulitan diakhir.

Aku tidak akan salahkanmu.
Aku yang bodoh percaya padamu, dan berharap Allah pertemukanku dengan jodoh yang baik melalui dirimu.

Orang yang sedang kau tawarkan padaku ternyata Orang yang sama dengan yang engkau tarwarkan pada adikku ?

Tidakkah engkau berpikir betapa menyakitkan hal ini ? Kurasa kau telah berhianat. Maukah kau mempertanggugjawabkan hal ini jika aku menuntutmu ?

Kau telah coba berhianat pada kami hanya karena misi laki-laki biasa.

Kau tau, Saat membaca biodatanya yang tertulis jelas kata “CANTIK” pada bahagian pertama, aku tak berani menukarkan data padanya, tapi karena penghargaan yang begitu besar padamu kemudian aku mencoba untuk tetap melakukannya.

Kau tau, Betapa berat melakukannya ? aku melakukan segalanya dengan istiqkharah sementara kau mengnggapnya sebagai permainan.

Kau tidak salah. Mencarikan yang cantik untuknya adalah hakmu.

Tapi mengapa harus dia ? Mengapa harus adikku sendiri ? Aku tak menginginkan persaingan dengannya. Bukan karena takut kalah tapi aku amat takut menyakitinya. Aku menyayanginya. Entah bagaimana jika dia tau ?

Menyampaikan tentangnya kepadamu adalah niat baikku agar dia dipermudah tentang jodohnya. Tentu saja bukan sebagai rambu-rambu agar aku dipersaingkan dengannya. Tapi kau justru telah mencoba berhianat.

Aku tidak tidak akan salahkanmu, Mungkin ada dosa yang harus kubayar dengan sakitnya penghianatan.

Asal kamu tau semua kulakukan, bukan karena aku begitu yakin, tapi karena mencoba menempuh dan percaya pada cara atau jalur yang dianggap syar’i dan diridhoi Allah.

Tapi diatas jalur ini ternyata aku masih harus menerima penghianatan juga, sebagaimana orang-orang yang menerima penghianatan saat menempu cara diluar jalurnya.

Jujur aku berani berjalan diatas sunnah bukan untuk sebuah penghianatan ini. Kuakui aku mungkin salah sebab dari awal aku ragu tapi tetap mencoba demi belajar menghargai proses jalannya sebuah sunnah.

Mungkin harusnya aku tidak melakukan pertukaran biodata saat itu, harusnya aku menahan diri dari mencoba menahan ego demi menghargai orang yang kupercaya.

Sejak awal aku ragu, tapi yang kupahami, bisa jadi yang baik menurutku belum pasti yang baik menurut Allah. Lalu kucoba melangkah dengan bismillah dan kehati-hatian, bahkan aku tidak menghawatirkan saat ditolak kelak karena tampilan yang pas-pasan.

Menuruku atas Jalur yang syar’i tak mengapa mencoba bertarung, adapun jika harus terlempar karena tampilan yang kurang menawan, tak masalah buatku, akupun telah sangat-sangat yakin, bahwa yang menolak aku karena tidak merasa cocok dengan kecantikan yang minimalis, jelaslah dia bukan yang terbaik buatku, dan tentu aku akan berterima kasih jika Allah tidak menjodohku dengannya. Sebab kelak, entah akan dibuang kemana diriku, jika priotas cantik tak dia temukan dalam diriku, tempat sampah ? belum tentu siap menampungku.

Apa yang akan ditakutkan ? Tentu saja bukan penolakan, tapi justru kekecewaan yang lebih dahsyat dari yang kupersiapkan.

Melalui niat suci ini, mendadak yakin meski tidak berani, untuk sebuah hujjah dihadapan Allah kelak bahwah aku tidak sedang membenci jalur yang syar’i untuk menemukan jodoh yang baik. Dan sebagai bentuk pembuktian bahwa aku tidak sedang membenci atau mengingkari pernikahan, seperti yang orang-orang sangkakan.

Somoga dengan usaha menepuh jalurnya, karenanya, Insya Allah itu telah cukup menjadi hujjah kelak, tak mengapa, biarlah ! aku hanya berharap dalam proses ini tidak akan ada lagi kesulitan setelah kesulitan ini.

Antara aku dan dia insyaAllah tidak akan ada ikatan pernikahan. Andaipun jika dia adalah yang teramat istimewa, insya Allah aku tidak menyesal memperuntukkannya untuk perempuan yang lebih baik dan lebih sabar dariku.

Akan kuakhiri bagaimanapun caranya, adapun tentang adikku walau aku sangat takutkan tentang lukanya tapi aku cukup tau bagaimana cara terbaik untuk memahamkannya.

Jangan khawatir insya Allah tidak akan ada yang menututmu. Kecewa ini biarkan kami bawa berdua. Aku juga takkan menyudutkanmu sebab dengan menyudutkanmu takkan membuat aku lebih mulia.

Penghianatan kecil

Semoga dia tidak pernah tau bahwa ikhwah yang sedang ditawarkan padanya adalah ikhwa yang sama dengan yang ditawarkan padaku.

Aku ingin mencoba mengalah tapi belum tau cara yang pas untuk mengakhiri, entah sejauh mana takdir akan mempermainkan kami.

kau yang memulai permainan ini, tidak adakah niat untuk mengakhirinya ?. Sebenarnya aku mulai curiga saat dia menyebut asal dan profesi ikhwa yang dimaksud tapi mencoba berprasangka baik.

Kecurigaan menjadi-jadi saat ia menyebut kriteria sang ikhwa, aku yang tidak terbiasanya begitu keponya mulai menyakan nama dan bahkan meminta untuk diperlihatkan biodatanya dengan nada yang sangat semangat, karena dia sahabatku jelas dia tak keberatan.

Wahai ikhwa sebenarnya engkau tidak salah. Berta’aruf dengan seribu akhwatpun tak salah bagimu bahkan menikahi dua akhwat sampai empat sekaligus itu tidak haram buatmu, tapi caramu berhianat cukup ampuh untuk mengabrukkan hati.

Aku tidak akan salahkanmu sebab segala jalannya hanyalah atas dasar idzinnya.

Mungkin ada dosa yang harus terbayar olehku hingga aku dituntut Allah untuk membayarnya dengan cara ini.

Andai saja bukan dia ? Sebab aku tak menyukai persaingan dengannya. Bukan karena takut kalah tapi justru takut menang dan menyakitinya. Aku amat menyayanginya, maka untuk menjadi saingannya adalah penghianatan menurutku.

Kupikir kau telah berhianat. Kurasa kau telah mencoba menabur subhat penghianatan pada kami.

Jujur aku sendiri tidak terlalu tertarik padamu. Karena aku tau dan sadar sejak awal, bahwa aku bukan keriteriamu dan kebenaran kauapun bukanlah kriteriaku.

Semua kulakukan, bukan karena aku begitu yakin, tapi nekat menempuh jalan mencari jodoh selama caranya diatas jalur yang syar’i. Sebab yang kupahami, yang terbaik menurutku belum pasti yang terbaik menurut Allah.

Semua kujalankan bukan untuk menang bahkan aku telah mempersiapkan diri untuk kalah, aku tak ingin ada rasa kecewa, dan tak ingin ada yang tersakiti.

Sekarang aku ingin tau sejauh mana engkau akan mencoba bermain-bermain.

Tentunya membutuhkan pemikiran panjang untuk mengumpulkan kekuatan dan tekad untuk melawan ego.

Jalurnya masih syar’i tak mengapa mencoba bertarung, adapun jika harus terlempar tak masalah toh sudah ada persiapan kalah dari awal.

Apa yang akan ditakutkan ? Tentu saja bukan takut menjomblo hingga mati, yang ada hanyalah bagaimana jika aku tidak bisa mempertanggung jawabkan apa yang menjadi keputusan dari ego yang ada.

Aku maju bukan kerena berani tapi agar aku punya hujjah dihadapan Allah bahwah aku tidak sedang membenci atau mengingkari syariatanya, yang bernama pernikahan.

Dengan menepuh jalurnya. Insya Allah itu telah cukup menjadi hujjahku kelak.

Meski begitu agung niatku bertaaruf denganmu dari awal. Tapi tidak akan ada pernikahan diantara kita terkecuali jika ada takdir jodoh diluar ikhtiar kita. Biar aku yang mengakhirinya walau belum tau akan caranya.

Semuanya jelas.

Ingin membonkar kedokmu, namun tak tega merusak keadaan hatinya, kebahagian tercermin pada wajahnya bahwa bunga-bunga kebahagiaan sedang bertumbuh dihatinya.

Engkau memuakkan, selain tak menginginkan engkau berjodoh denganku tentu saja akupun berharap engkau tak bejodoh dengannya. Namun diri ini tak kuasa menyangkal dia untukmu, sebenarnya mudah saja bagiku tapi rasa tak tega mengalahkanku. Bunga-bunga bahagia yang terpancar pada senyumnya membuatku hanya mampu berdiam diri menyaksikan curhatan panjangnya, walau tak menginginkan penyatuanmu dengannya, namun jika kau adalah jodoh yang telah disiapkan untuknya, hanya do’a yang dapat kuucapkan untuk kalian, semoga engkau bahagia bersamanya. Jangan menyakitinya, jangan sampai kau menghilangkan senyumnya atau memberi kekecewaan dengan melukai persaannya.

Jangan buat aku menyesal karena tak menghalangi penyatuan kalian, jangan paksa aku untuk terluka menyaksikan tingkahmu kedua kalinya, setelah aku memaksakan diri, mengijinkan penyatuanmu dengannya.

Hikma dibalik sesal

Pagi yang istimewa, mungkin hanya menurutku saja, entahlah, beliau sengaja menyinggung halus atau memang kebiasaan menolongnya yang begitu luar biasa, yang jelas sifat lembutnya membuat hati ini tertampar begitu dalamnya.

Ukhuwah diantara kita memang sudah terhitung begitu erat, semoga tak direnggangkan oleh sesuatu apapun. ini bukanlah ketakutan, hanya untaian do’a saja.

Kebaikan, keunikan dengan gaya khasnya, sering membuat hati ini tertampar malu, begitu dalam dibuatnya.

Entahlah ? Mungkin memang beliau sengaja menjelaskan padaku dengan caranya agar aku bisa lebih memperhatikan dan memahaminya. Rupanya aku memang benar-benar harus belajar lebih peka lagi.

Ah ada juga bagusnya aku pandai beracting hingga tak terbaca wajah yang mungkin sedang memerah karena menahan malu saat itu. Walau sempat terperangah dan menatapnya dengan tatapan tajam yang seolah ingin membaca maksudnya. tapi, yah dibawa santai aja, syukur-syukur beliau tak menyadarinya.

Yang pasti apapun tujuan dan alasanya, menurutku itu adalah pendidikan yang teramat mendalam.

Pagi ini, lagi dan lagi aku harus datang terlambat, ada banyak alasan hingga tak berani mengutarakannya. Tentu saja faktor utamanya sudah tertebak, yah.. karena tidak pandai mengatur waktu. Ada alasan lain yang sengaja tidak kuutarakan, karena aku tau, sebenarnya bukan alasan yang beliau butuhkan tapi justru perubahan yang belum kunjung kukabulkan dan aku ingin mulai mencoba mengurangi untuk beralasan banyak.

Pastinya segala sesuatu terjadi, ada alasannya masing-masing, dan tentu saja setiap alasan membuat kita ingin dimengerti. aku tahu bahwa dengan mengutarakan yang sebenarnya bisa saja dimaklum dan bisa juga tidak. tapi dengan terus-menerus beralasan mungkin kedepannya akan lebih sulit mengubah diri. Ingin kupastikan bahwa alasan yang terpakai hanya yanh memang benar-benar genting meskipun aku juga tau bahwa tak menyampaikan alasan sama skali pun adalah kesalahan. Namun dalam menentukan pilihan yang bijak memang kadang diperhadapkan dengan kondisi yang sedikit rumit.

Yah semoga Allah memudahkan, agar tak selalu mengulangi kesalahan yang sama.

Keterlambatanku pagi ini ditambah dengan tugas yang belum sempat diselesaikan membuatku harus duduk cantik dikantor kepsek, sebenarnya enteng saja, sebab duduk dikantor kepsek sudah biasa bagiku, dan jujur pertanyaan dan pernyataan tak membuatku begitu merasa bersalah sebab lagi dan lagi bagiku itu adalah biasa. tapi justru tingkah uniknya yang berhasil membuaku terjatuh, tersungkur pada titik nol. Ada rasa bersalah diasan, ada rasa malu dan ada penyesalan.

Mengapa harus beliau yang menyarankanku menggunakan laptop lain ?
Dan mengapa pula aku tidak bergegas untuk mencari dan mengambil sendiri ?

Mengapa harus beliau yang mengambilkannya ?

Sungguhkah hal itu tak pernah terpikirkan olehku ? Bukan begitu, hanya saja ulah cuek yang sedang mendewa membuatku mampu acuhkan segalanya.

Aku yang serasa ratu baginya, sudah seharusnya dan sudah saatnya belajar lebih peka. Siapalah aku ini ?

Semoga beliau dapat melapangkan segala lalaiku, dan semoga Allah pun sudi mengampuni.

Ambruk bukan luka.

Jika dia datang mengobrak abrik rasa, memaksa menuliskan namanya dikedalam hatimu, kemudian pergi tampa jejak.

Jika dia datang mengambrukkan hati yang sedang tertata indah penuh bahagia, kemudian beranjak pergi seakan tanpa beban.

Sebenarnya ingin mengejar namun sayap telah terpatahkan, dan energi, tak tersisakan.

Haruskah memaksa diri walau dengan merangkak ?
Jika itu dirimu apa yang akan engkau lakukan ?
Menurutmu apakah dia jahat ? Dan, akankah ia memperoleh maafmu ?

****

Wahai fulanah tidak ada jawaban untukmu selain memintamu menerima kenyataan yang ada. Tidak akan akan ada sesuatu terjadi, selain atas ijinnya.

Jika diri kita adalah seorang hamba yang mengutamakan dia diatas segalanya, berarti hati tersebut dituntut berlapang akan segala ketetapan yang ada.

Akan ada sesuatu yang indah dibalik ketetapanya, tugas kita adalah mengelolah hati dan diri untuk senantia setia diatas jalurnya.

Cinta tak memberi beban

Mecoba persembahkan yang terbaik untukmu, walau tau, itu tak mungkin, biarlah cukup sesanggup saja. Mungkin aku pernah kecewa karena ulahmu, begitu juga kamu.

Tentang rasa, jangan kau tanyakan, cukup Allah kemudian aku yang tau. Bukankah dengan menyenangkan dan membiarkanmu bahagia adalah kebaikan ?

Aku tak ingin menambahkanmu luka. kesalahanmu padaku tak harus menjadi beban buatmu, aku tak ingin senyummu terhalang lagi.

Demi Allah, aku telah berniat sejak awal hijrahku.

Aku akan pastikan bahwa diri ini tak membagi luka dalam bentuk apapun. Sebab menurutku yang dibagi adalah kebahagiaan. Jika pengorbanan itu baik, berarti harusnya aku senang jika bisa sedikit berkorban, termasuk jika harus mengorbankan rasa.

Tentang rasa, jangan tanyakan ! cukuplah kukeluhkan padanya.
pada dia yang tak akan perna berhianat, dan tidak akan pernah acuhkanku.

Aku tak peduli, engkau ingin menghargai ataupun tidak, dianggap ataupun tidak, InsyaAllah fine ! sebab kutau makhluk tidak akan pernah bisa membuat makhluk lain berharga begitupula sebaliknya. Berharga tidaknya suatu itu murni dari dirinya sendiri.

Aku takkan kecewa padamu sebab aku telah memilih untuk bahagia dalam kondisi apapun.

Hina atau mulianya seorang hamba, adalah murni dengan cara dia sendiri memaknai kehidupannya.

Jika aku ingin berterimakasih ? aku akan berterima kasih pada Allah, dan jika aku harus menyalahkan ? aku akan salahkan diriku sendiri.

Aku paham, tak akan ada kejadian tanpa sebab, aku takkan terluka olehmu jika dari awal menolak kebersamaan denganmu.

jika harus tercipta luka atau kecewa, aku tidak berhak menyalahkan siapapun. Dan aku tidak akan berusaha mencari pembenaran karenanya.

Akan kuperbanyak istiqfarku dan akan kutemukan akar masalah dan solusi dari diriku sendiri, dengan caraku sendiri.

“Tidaklah suatu kaum tertimpa musibah kecuali disebabkan oleh tangan mereka sendiri”.

Agar pendamping tak disesali

Berharap jodoh yang baik, bukan berarti harus mencari yang sempurnah.

Namun, jika berharap pernikahan yang berkah, memang harus memastikan kecocokan sebelum melangkah. dan tentu saja melangkah atas rambu-rambu Allah. Memilih sesuai perintah nabi, mempertimbangkan Agama dan akhlak.

tentu bukan hanya salah satu,
Agama, atau akhlak saja.

Rasulullah sengaja menyandingkan keduanya, itu berarti memang harus disandingkan.

Jangan karena ketakutan menjadi bahan omelan orang tua, atau omongan orang, lalu ngebut asal nikah, tanpa pedulikan tata tertib Allah.

Usia yang matang untuk menikah bukan alasan untuk hapuskan standar dan tak pedulikan apapun.

Khawatir tidak datang jodoh yang lebih baik dari yang ditolak dengan pertimbangan syari’at ? adalah keimanan yang tipis.

“Apa yang ditinggalkan karena Allah akan diganti olehnya dengan yang lebih baik”.

Urusan jodoh, adalah perkara takdir. tidak perlu mendahuluinya dengan prasangka buruk.

“Allah sesuai prasangka hambanya”.

Jika engkau merasa bersamanya.
Jangan khawatirkan apapun. yang perlu dikhawatirkan adalah ketika kelak menemui Allah tanpa bekal.

Allah menunda jodohmu, sebab ingin melihat dimana titik kesabaran dan kesungguhan sang hamba dalam meminta dan menanti jodoh yang baik, agama dan akhlaknya.

“Yang baik adalah bahagian untuk yang baik-baik pula”

Jangan mempertanyakan takdir. takdirmu adalah pilihanmu yang Allah iakan.

Percayalah yang tertolak, ataupun menolak itu bukan yang terbaik. yang terbaik pasti akan disatukan. dengan cara Allah sendiri.

Rapuh

Aku adalah seorang wanita yang serba minimalal, namunn jatuh hati pada sosok yang menurutku hampir sempurnah, (mengagumkan). Adakah fakta ini aneh ?

Mungkin aku terlihat sangat menyedihkan, tapi jatuh cinta padanya bukanlah sebuah keinginan, cinta itu hadir dan tumbuh tanpa pupuk, dan aku tak kuasa menyangkalnya.

Aku bingung harus berbuat apa, sebab semakin hari semakin berutumbuh subur saja dengan sendirinya, dan aku tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikannya. Rasanya ingin menghilang saja, jujur saja aku tersiksa.

Kenapa harus kepada dia aku jatuh cinta ? Sementara banyak orang lain disekitarku. Kenapa harus dia ? yang justru tak pernah memberiku perhatian sama sekali. Jangankan perhatian, menatap dan berbicara dengankupun enggan.

Aku terlalu bodoh mengijinkan hati ini jatuh pada seseorang yang jelas-jelas tak ada niat menghalalkan.

Mengharapkannya begitu yakin, mencintainya begitu pasti, sementara jalan-jalan untuk penyatuan dengannya, tumpul.

Aku sadar, aku yang salah karena telah membiarkan hati ini menyapa tanpa pengawasan yang cukup.

Aku salah karena membiarkan mata ini menatap hal yang tak halal.

Aku salah karena tak memiliki jaminan mampu mennjaga hati, tapi berani mengambil resiko dengan menerima pekerjaan yang becampur antara laki-laki dan perempuan.

Dan sekarang aku harus menanggung rasa ini.

Haruskah kusampaikan padanya ? Kemudian memelas untuk dihalalkan olehnya ? Aku wanita, malu. tapi dimana rasa ini harus kutitipkan ?
Haruskah aku menghilang ?

Batin ini sungguh tersiksa, dada ini cukup sesak, jika secara tak sengaja harus melamunkan tentangnya, aku ingin mengingkarinya tapi waktu seakan memaksa.

Apalah daya, yang bisa kulakukan hanyalah menangis dan berusaha untuk mengalihkannya. Tapi jujur saja itu sulit. Sangat sulit.

Serahkan Urusanmu

Bangkitlah wahai pemilik jiwa yang keruh, pemilik hati yang rapuh. Kembalilah pada istigfar dan sujud-sujud panjangmu.

Kuatkan hati, bulatkan tekad, yakinkan diri, bahwa segalanya akan baik-baik saja.

Jangan khawatirkan apapun. Percayalah semua akan indah pada takdirnya.

Jangan pernah kalah oleh waktu, termasuk jika waktu sedang berniat untuk menguji kesungguhan imanmu.

Setiap badai akan berlalu, mudah baginya mebolak-balikkan sang hati.

Temukan Allah sebagai tempat sandaran akan segala susahmu, jadikan dia tempat pertama untuk berbagimu. Setiap solusi ada padanya. Mintalah pada Allah apapun hajat anda. Tidak ada sesuatu yang sulit baginya.

Setialah padanya ! Bacalah kalamnya dengan hati beningmu, telusurilah lembaran-lembaran suratnya dengan yakinmu. Terangi hatimu dengan hidayahnya.

Allah tidak akan menghianatimu, Allah tidak akan terlantarkanmu, serahkan segala urusan padanya, engkau akan lelah dan kalah jika ingin selesaikan segalanya sendiri.

Engkau tidak akan temukan apa-apa selain kekecewaan jika mencari kebahagian diluar jalurnya. Sebab inti dari kebahagiaan adalah bersamanya.

Mengakhiri kebodohan

Menunggumu adalah hal yang melelahkan. membulatkan tekad dan meputuskan mengakhiri penantian.

Aku tahu itu terlalu bodoh, kau bebas kemana saja sementara aku harus terpenjara dalam penantian, sungguh diluar jalur, andaipun kelak kau akan kembali atau tidak sama sekali, sekarang sudah bukan masalah lagi, sebab sekarang aku sudah tidak sedang menunggu.

Kali ini, semoga benar-benar berhasil melepasmu, mengeluarkanmu dari mimpi, menghapusmu dari ingatan membuangmu dari bayangan. Sebab mengenangmu adalah penyiksaan.

Pergilah..
Aku tak menyesal pernah menantimu, aku tak menyesal pernah jatu hati padamu, dan aku tidak menyesal pernah merindukanmu. Sebab aku telah memperoleh banyak hikmah dari semuanya.

Terimakasih karena telah membuatku belajar banyak darimu.

Belajar untuk ikhlas, belajar untuk melepas dan melupakan, kemudian belajar sabar nan lapang.

Suara Rindu

Assalamu alaikum.
Bagaimana kabar ?
Al-hamdulillah Semoga tetap sehat dan tetap cantik.

Sekarang aku ditantang menulis tentang rindu.

Oya gak pernah lho aku menulis tentang rindu, jadi kalau tulisanku bagus atau tidak bagus tetap jangan lupa didoakan penulisnya !!

Rindu, Rindu adalah sebuah nama dari salah satu pemeran pemain sinetron yang berjudul “manusia harimau”. He he sorry canda aja.

Buat kamu yang entah dimana, aku tidak tau cara keluar dari rasa rindu ini. aku sudah kehabisan akal untuk menghubungimu. ingin skali rasanya mengatakan padamu bahwa ada yang sedang merindukanmu, yaitu aku. namun lidah ini seakan keluh saat ingin mengucapkannya. aku tidak tau apakah engkau sedang merasakan hal yang sama, yang kutau kau dan namamu tidak ada selesainya menjadi pembahasan otak, memenuhi ruang memori.

Aku selalu mencari cara agar bisa menyapamu, bahkan untuk sekedar mendengar suaramu. Tapi takut dianggap modus, ingin kupastikan bahwa setiap akan mendengar suaramu aku punya alasan yang mantap dan tak terlihat modus olehmu.

Aku tidak mau ketahuan canggung meskipun sebenarnya aku sedang sangat canggung. Kadang aku kecoplosan memujimu, namun segerah kuralat dan mengaku sedang bercanda, untuk menutupi rasa, agar kamu tidak merasa terganggu.

Walaupun sebenarnya kutau, engkau tidak akan percaya itu, sekaligus takut membuatmu marah kerena menganggapku telah mencoba bermain-main.

Aku sadar diriku seperti pecundang. Jujur ada niat untuk halalakan tapi belum punya kesempatan, itu sebabnya keberanian menyampaikan rasa ini selalu terhalang.

Sebenarnya setiap yang aku ucapkan adalah kebenaran rasa hanya saja belum saatnya menyampaikan dengan cara yang lebih serius, tapi rindu yang membara kadang sulit kuarahkan dan tak bisa kusangkal.

Selain ada rindu ada rasa penasaran ingin memastikan bahwa belum ada orang lain yang datang mendahului aku disana, besar rasa takut ini kalau-kalau akan didahului oleh orang lain. Berharaap engkau memang tercipta untukku hingga usaha apapun yang dilakukan orang lain takkan sanggup menerobos takdir penyatuan antara kita.

Orang bilang kalau lagi rindu harus makan coklat yang banyak. Tapi itu gak mampan, yang ada malah gemukan.

Ada yang bilang jika sedang dilanda rindu, ada bayangan yang lekat dalam ingatan, menyertai apapun aktivitas kita, katanya sih bagus karena menurutnya kadang-kadanh tak terasa pekerjaan uda usai aja diluar alam bawa sadar.

Aku ragu, tapi jikalau itu benar, berarti aku memang sungguh sedang merindukan seseorang, yaitu kamu, sebab itulah yang terjadi padaku saat ini.

Kau bukan hanya hadir saja menyertai setiap aktivitasku bahkan kadang bayangmu merampas waktu tidurku dan menguras banyak waktu istirahatku. Sementara untuk menemuimu aku belum punya persiapan.

Menjadi tak berani menyapamu sekalipun, sebab untuk mendengar suaramu aku harus memastikan diri sedang memiliki alasan untuk meyakinkan bahwa aku tidak sedang iseng padamu.

Mungkin aku bodoh, yang jelas rindu ini hadir diluar kendaliku.

Aku ingin kau menungguku hingga waktu untuk halalkanmu tiba, walau aku tak pernah membuat janji denganmu.

Aku tidak mungkin membuat janji sebab aku terlalu takut untuk menghianatimu. maka walau aku tidak tau, kelak akan mencarimu dimana, tapi yakinku begitu jelas tetap ingin halalkanmu.

Percayalah, kelak aku akan datang tuk halalkanmu dengan caraku tampa harus mengganggumu.

Benar kata dilan rindu itu berat, bahakan teramat berat sebab ini yang aku rasakan sekarang, memelihara rindu padamu. Kadang mencoba mengalihkan ingatan tentangmu namun selalu berakhir nihil. pada akhirnya dimemori ini selalu saja kamu, gambar wajahmu memenuhi memenuhi ruang memori, selalu saja kamu dan lagi-lagi adalah kamu.

Kata orang rindu itu makhnet, yang dirindu pun sedang merindu. Apa itu artinya kaupun sedang merindukanku ? Aku tidak percaya sebenarnya, tapi jika hal itu benar, aku senang andai dirindukan olehmu.

Rasanya tak sabar ingin tanyakan hal itu padamu, namun aku masih harus mengulur waktu. Sebab menghalalkanmu tidak mudah bagiku.

Dan akupun tak berani melawan syari’at untuk menyampaikan segala rasaku padamu sebelum ada ikatan yang halal. Aku tetap mencoba bersabar dan berharap pada yang maha tau tentang segala rasa ini agar segerah memudahkan jalan penyatuan kita dalam ikatan yang diridhoinya.

Jujur akan sangat menyedihkan jika aku tak bisa berbagi padamu, tapi aku yakin bukan tak bisa hanya belum bisa saja. Sejujurnya aku sangat tak sabar ingin mengutarakan semuanya. Aku hanya mencoba tunduk pada sariatnya sepanjang yang kubisa. Walau demikian aku masih saja kadang ceroboh dalam mengatasi rasa ini padamu.

Wahai engaku, setialah menungguku !, aku akan datang menghalalkanmu !, aku akan datang jika yang maha tau isi hati ini sudah mengijinkan dengan cara memudahkan jalanku.

Sekarang aku sedang berjuang.

ketulusan tak harus terbaca

Aku belum menulis tentang dia, aku masih menulis tentang mereka. Mereka anak-anakku yang Allah takdirkan sesaat menjadi bahagian dari tanggung jawabku.

Saat menerima tawaran menjadi bahagian dari mereka, tentu saja dibarengi dengan kekhwatiran yang luar biasa. Bagaimana tak khawatir jika harus menaklukkan banyak hati yang baru saja ingin dikenal. Takut tak bisa menjadi penanggung jawab yang baik bagi mereka, dan takut tak mampu memberikan kasih sayang yang cukup untuk mereka.

Namun kembali berkomitmen. Aku berpikir bahwa tawaran ini cukup indah nan mulia. Aku harus berusaha dan memastikan bahwa diriku bisa. Aku belajar memantaskan diri sebab diri ini bukan siapa-siapa untuk menjadi teladan buat mereka. Aku belajar banyak hal, mulai dari berkata lebih lembut hingga belajar memberi perhatian. Jujur saja hampir seluluruh dunia tau, siapa aku. Aku yang cueknya lumayan, aku yang tak tau berkata lembut, aku yang tak tau berbicara pelan, aku yang jarang menyapa dan jarang tersenyum, kini mulai belajar tentang semuanya.

Allah yang menakdirkan ini tentu saja bukan suatu kebutulan, sebab bagi Allah tak ada yang kebetulan melainkan telah terencana indah dan telah tertulis rapi dalam lauhul mahfuznya 40 ribu tahun sebelum tempat berpijak ini tercipta olehnya.

Aku kemudian mulai meminta yang terbaik pada Allah, bahkan sesekali mengemis padanya. Wahai Allah jadikan jalan ini langkah yang indah dan penuh berkah, jadikan jalan ini adalah yang terbaik lebih dari sekedar kata dan ucapan baik.

Dalam khayal, aku mulai membayangkan bagaimana bahagianya jika kelak dapat menyaksikan mereka tumbuh menjadi pribadi yang cendikia. Hati ini mulai menari saat membayangkan nama “Amirah” yang amat sederhana mulai tertulis dihati-hati mereka, kemudian hadir dalam do’a-do’a mereka.

Senyuman terindah tak luput kuhamparkan pada mereka, yang kucintai karena Allah, yang kuharapkan menjadi hadiah terindah saat kembali kelak menjumpai kedua orang tuanya. Kemudian tak lepas dari semua itu aku memiliki impian agar bisa menghadiahkan mereka pada masyarakat dan ummat. Yah tentu saja dengan modal akhlakul karimah dan pemahaman ilmu islam yang kokoh.

Kududukkan mereka dalam majlis-majlisku, Kutuntun mereka untuk memahami apa yang kuimpikan darinya dengan berbagai metodehku. kubangunkan mereka dalam keheningan malam untuk bersujud dalam lailnya disepertiga malam terakhir. Kuajak mereka menyebut deretan nama orang yang mereka sayangi. Dan tentu saja akupun tak lupa menghadirkan nama-nama mereka dalam sujud-sujud panjangku dengan berbagai hajatku, kuadukan mereka pada Allah setiap saat. Bukan hanya tentang kenakalan dan bandelnya mereka akan tetapi segala-galanya termasuk tentang kesyukuranku pada Allah sang rabb maha kasih. karena telah dianugerahkan anak-anak lucu, imut, nan unik ini untukku.

Mejadi bahagian dari mereka tentu tak sesederhana yang kubayangkan, sebab kadang ada kondisi yang mengharuskanku menghukum mereka. Dan yang pasti hukuman hanya dilakukan atas nama cinta. Kadang diperhadapkan pada kondisi dimana harus menangis sebelum melihat mereka menangis. Kadang harus menumpahkan air mata karena harus melawan rasa tak tega bercampur rasa khawatir akan tergores luka saat menjalankan hukuman itu. Sebab menghukum dengan cinta harus memastikan tanpa bekas yang bersifat negatif.

Jelas dan bisa dipastikan bahwa kebersamaan dengannya adalah penyatuan antara suka dan duka. Namun bersama mereka adalah keindahan yang tak terlukiskan. Suka dan duka menyatu menjadi sebuah kekuatan melaui cara yang bijak dalam memahami jejak-jejak kita.

Disini, bersama mereka ada banyak tawa, ada banyak candaan. Kadang ada kecewa, dan ada banyak senyuman, mulai dari senyum yang agak dipaksakan hingga senyuman termanis. Kadang ada air mata ada suka dan ada pula duka tentunya.

Yang tak ada adalah benci dan amarah sebab keduanya telah tertampung dan terkendalikan oleh cinta yang tumbuh luar biasa.

Cinta, ia cinta. Siapapun kelak yang ditakdirkan menjadi bahagian dari mereka yang kelak meduduki posisi sederhana ini, jangan pernah lupa hadirkan dan tanamkan cinta. Sebab pondasi utama buat mereka adalah cinta. Kelihatannya sangat sederhana tapi siapapun engkau yang beruntung bersama mereka. Pastikan engkau adalah yang mencintainya karena Allah, sebab tanpa cinta engkau akan kalah.

Dulu akupun sempat berpikir sempit, aku hampir saja mengalah namun kekuatan cinta yang tulus sungguh terbukti ajaibnya, tak ada yang mampu kalahkannya, berbagai model tingkah apapun darinya justru semua menjadi akhir senyuman. Tak bisa dipungkiri jika kadang harus hadir rasa kecewa namun semua hanya bersiafat sesaat. Sebab cinta yang hadir bukan lagi sekedar cinta biasa.

Cinta yang awal kutanam tentu tak sebegitu kokohnya. Namu seiring berputarnya waktu, cinta yang dulu sederhana, cinta yang dulu tak menentu antara ingin hidup atau mati, kini mulai tumbuh mengokohkan dirinya kemudian mampu menampung berbagai suka dan mengalahkan berbagai luka.
Cinta yang tumbuh kokoh karena berbagai siraman indah dan nikmat dari ulah unik mereka.

Berbagai kisah menarik, berbagai cerita indah nan lucu, telah membersamai kami. Kadang berharap tak ada kata perpisahan dengannya, namun kenyataan menyadarkan bahwa mereka hanyalah sebuah titipan.

Ingin rasanya menyebut nama dan keunikan mereka satu-persatu. Semoga dapat terealisasi dilain kesempatan.

Apa itu jodoh?

Berbicara tentang JODOH, Rasanya semua kita telah paham bahwa jodoh adalah bahagian dari takdirnya, hingga tak harus menjadi yang dirisauan oleh sang diri.

Jodoh yang tak kunjung menjemput tak harus dipertanyakan, jika belum datang berarti itu yang terbaik saat ini. sebab Allah tak pernah salah dalam menetapkan sesuatu.

Nikah memang tidak harus dibenci atau diingkari. Akan tetapi tak harus juga menjadi bahan galau-galauan.

Bangunlah !! Perbanyak ibadah, disepertiga malam terakhirnya. Mintalah padanya apapun. Apapun hajatmu. sebab Allah menyukai bila hamba datang menghadap, bermohon, merintih dalam dekapannya.

Tugasmu adalah berdo’a, tugas Allah yang mengbulkan. Allah tidak pernah salah menetapkan takdirnya. yakinlah dengan ketetapannya.

Ketahuilah bahwa yang tebaik bukan berarti manusia terbaik dibumi Allah pada samannya, akan tetapi yang terbaik adalah yang cocok, yang setara denganmu.

Jika ada lelaki yang baik agama dan akhlaknya datang kepadamu. Tak perlu menuntut hal lain darinya. Tentang rezki, biar Allah yang mencukupi.

Adapun rupa yang mungkin kurang tampan. Allah jualah yang Akan memberikan kecondongan hati kepdnya. Engkau hanya perlu menjaga mata dan hatimu dari yang haram. Maka dengan Akhlaknya InsyaAllah ia akan menjadi yang terindah dimatamu.

Engkau tak perlu mempertanyakan apa-apa, cukuplah engkau mempersiapkan diri dengan senantiasa memperbaiki diri untuk menemui jodoh yang telah Allah siapkan.

Jododohmu itu bisa jadi kadarnya sedang lebih baik, maka Allah memproses dirimu untuk sampai pada kadar yang setarah dengannya.

Tak perlu sesali masa jomblo saat ini. Sebab belum tentu engkau benar-benar matang untuk melewati ujian pernikahan andai engkau telah dipertemukan.

Pernahkah anda berpikir ? adakah aku sudah siap dengan setiap badainya pernikahan ?

Pernahkah engkau berpikir ? akankah aku sanggup kelak, mengurus urusan-urusan rumah tangga yang rumit ?

Mungkin diantara mereka yang telah menikah …pun justru mencembrui kita yang masih sendiri. Kita tidak pernah tau. Siapa diantara kita yang lebih bahagia.

Kita tidak pernah tau apakah kebahagiaan ditemukan oleh dia yang telah menikah atau justru oleh kita yang belum menikah.

Mestinya kita berpikir, degan tidak dikaruniai tanggung jawab seberat dan serumit itu. Berarti Allah tau bahwa kita belum layak untuk ujian tersebut.

Coba pikirkan, yang lebih Indah mana jodoh yang disegerhkan tanpa persiapan. Atau yang dipertemukan pada saat semuanya telah matang.

Ingat, jodoh yang akan dipertemukan denganmu adalah cerminn dari akhlakmu. Sungguhkah diri sudah siap didampingi oleh sosok imam yang setara dengan diri saat ini?

Sekarang, kamu fokuslah memperbaiki diri.

“Orang baik adalah bahagian bagi yang baik-baik pula”

“SUNGGUH ALLAH TIDAK PERNAH SALAHI JANJI”

Pola asuh yang salah.

Kalau diperhatikan degan bijak. ada beberapa anak yang sering membuat kita memberinya label tertentu. Atau gelar-gelar khusus ketika bertingkah. padahal kenyataannya kesalahan itu bukan pada anak semata, tapi justru dilatar belakangi oleh kesalahan lingkungan, sering terjadi karena adanya dukungan yang kuat dari orang lain terutama dari pihak keluarga dan nyaris dari orang tuanya sendiri.

Misalkan saja. mungkin dia anak tunggal, atau anak bungsu DLL. Dirumah sering diperlakukan khusus, biar salah tetap dapat pembenaran, tanpa diberi pemahaman. Tidak ada penjelasan bahwa kalau seperti itu kejadiannya berarti kita yang keliru, Dan kita harus minta maaf. Tapi justru meminta kakaknya atau siapalah yang mengalah. Ini adalah salah satu cara pembentukan Yang terhitung sangat keliru. Tidak mengapa membela anak, tidak mengapa menyayangi anak, tapi jangan ajari anak anda menjadi manja, brutal dan cengeng.

Contoh kedua banyak orang tua senang mengasuh anaknya degan cara seperti ini. Anak jatuh misalkan, orang tua datang “kenapa nak? Jatuuuh. Dimana jatuh nak ? Disitu sambil nunjuk tempat jatuhnya. Kemudian sang ibu bilang.”yaudah kita pukul ya. Dipukul-pukullah tempat jatuhnya kemudian dibilang-bilangin, iih bandel ah, jahat, bodoh, atau apalah Kata-Kata yang semisal. Dan Itu dijadikan trik ampuh untuk menenangkan si anak. Akhirnya si anak tumbuh degan kebiasaan buruknya. setiap terkena sesuatu harus mukul dulu, atau ngomel dulu baru puas. Disenggol dikit sama teman tanpa sengaja langsung mukul plus keluar pula berbagai macam bahasa kotornya. Nah kalau anak kayak gini yang salah siapa bu?

Apakah kita masih mau mempertahankan ego kita dalam mendidik mereka yang kita selalu mengatakan sayang padanya ? Apakah kita tidak puas menuduh dan menyalahkan mereka ?

Ketika anak tumbuh dan tak bisa dikendalikan baru bertanya kenapa ? Sudah diberikan segala perhatian tapi masih saja bandel ?

Banyak orng tua saking sayangnya pada anaknya, sampai lupa memberikan pelajaran terpenting dan terbaik untuk masa depan anaknya. Kadang tidak berpikir tentang masa depan si anak. mikirnya yang penting anaknya tenang dulu. Ia itu benar, anak bisa tenang saat itu. Tapi coba pikirkan apa imbasbnya dikemudian hari setelah kelak tumbuh menjadi dewasa.

Bunda maukah kita melihat anak-anak kita dengan model seperti ini ? Dengan berbagai label dan berbagai panggilan konyol yang sebenarnya diakibatkan oleh kejahilan kita?

Bunda Mari mulai didik anak kita dengan ilmu. cinta dan kasih sayang tidak cukup sebagai bekal dalam mendidik.

Bunda, jangan berhenti mencari ilmu sebab masa depan anak, Ada ditangan kita.

Cinta Tampa ilmu kadang salah kaprah.

Berikan cinta. barengi ilmu. Agar cinta kita tidak salah kaprah.

Anak pandai berbohong.

Buat para ibu maaf bangat. Ini dengan sengaja diangkat tanpa berniat menyinggung para ibu. Kami hanya bermaksud mengajak para ibu untuk berfikir sedikit lebih jauh kedepan tentang anak-anak Yang akan lahir dibawah naungan madrasah kita.

Maaf, Meski kebiasaan berbohong seorang anak tidak semua dikonsumsi dari orang tua namun sangat rawan faktornya dari orang tua itu sendiri, terutama para ibu.

Mungkin tanpa sadar seorang ibu telah mengajari anaknya untuk berbohong.

Ada beberapa orang tua yang menjadikan kebiasaan menjanjikan sesuatu, yang pada hakikatnya dia sendiri tidak punya niatan untuk memenuhi janji tersebut. Hanya saja yang terpanting menurutnya adalah sang anak tenang dulu !

Nah inilah yang membuat seorang anak kadang susah untuk percaya pada orng lain. Sulit menerima nasehat DLL. Kenapa? Karena orang tuanya telah menjadi Contohan bahwa apa yang di dikatakan sering tak sesuai degan kenyataan.

Dan yang lebih menyakitkan lagi dengan kebiasaan buruk seperti ini banyak anak-anak telah mengkonsumsi abis-abisan kebiasaan buruk orang tuanya. Yah siapa lagilah yang akan ditiru oleh anak-anak kita kalau bukan kita. ? toh kita yang banyak bersama mereka.

Okelah mungkin orang tua tidak mengatakan mari kita berbohong nak! atau berbohong itu baik nak !. Tapi orng tua telah mencontohkan dalam keseharian anak. Lalu bagaimana tidak, tentunya anak-anak kita juga Akan megkonsumsi atau bahkan menelan mentah kebiasaan buruk kita. Sebab mana tau dia memilah.

Banyak diantara anak-anak kita. berbohong telah menjadi keahliannya. si anak tidak merasa bersalah sedikitpun ketika berbohong. Karena menganggap berbohong itu baik dan menguntungkan.

Akibatnya anak-anak kita tumbuh menjadi pecundang. Melakukan kesalahan misalkan, namun tetap membela diri dengan berbohong. yang penting selamat dulu. Tanpa memikirkan akibat fatal yang akan terjadi kedepannya.

Menggampangkan diri menjanjikan sesuatu yang meski tak sanggup dipenuhinya yang penting senang dulu.

Kalau anak sudah begini ?
Mau nyalahin siapa?

Ibu.. hentikan kebiasaan buruk itu. sebelum semua anak-anak yang lahir dari rahim-rahim kita dan hidup dalam naungan madrasah kita tidak salah Jalan.

Ibu.. hentikan kebiasaan buruk itu. Sebelum terlalu banyak yang menjadi korban atas kejahilan kita.

Kasian anak-anak kita bu. Kasian masa depan mereka.

Ibu.. Mari budayakan hidup disiplin, Mari budayakan kesabaran dalam mendidik anak. Mari menjalin komonikasi yang baik dengan anak kita. Berhentilah berpikir sempit dalam mendidik mereka.

Mari tetap belajar untuk menjadi ibu yang baik untuk buah hati kita.

Mungkin, saya menggunakan bahasa yang agak kasar, ini bukan hal sepeleh yang bisa diabaikan begitu saja. Sebagai seorang ibu sudah selayaknya menjadikan pelajaran apa yang telah menjadi pengalaman kita dimasa lalu.

Ibu, masa depan anak ada ditangan kita. Masa depan bangsa ada ditangan anak kita. Bila kita tidak berusaha memperbaiki diri dari sekarang. maka kelak bangsa ini akan rusak ditangan anak kita, dan itu diakibatkan oleh kejahilan dan kedangkalan ilmu kita.

Maka kembali saya menekankan. Untukmu wahai para ibu. Jangan lagi biarkan diri kita menjadi perusak bagi penerus bangsa ini.

Ibu mari kita belajar dari skarang. Hentikan kebodohan kita, mari barengi setiap aktifitas kita dengan ilmu.

Syukuri penilaian yang jujur

Penilaian orang lain memang kadang meleset, namun tak bisa dipungkiri kadang jati diri ditemukan dengan hadirnya seseorang yang jujur menilai kita.

Tidak pede karena kelebihan yang dianggap minim, kemdiuan orang lain datang menguatkan, menyatakan kelebihan yang kita miliki, lalu kita sadar bahwa kita berharga.

Begitupun sebaliknya kadang kita telalu pede dengan berbagai kelebihan, Namun mengabaikan kekurangan, maka hadirnya orang lain yang bersedia terbuka menilai diri kita dengan jujur, akhirnya jadi sadar dan bermuhasabah.

Dikritik jangan marah, dipuji gak usa bertingkah, itu duniawi, yang salah diperbaiki. Yang keliru diluruskan, yang benar dipertahankan. Yang belum dapat diperjuangkan. Yang kurang di tambahkan. Yang lebih dikurangin. Yang pas diistiqamahin. Yang belum benar dibenarin. Yang gak benar dipantangin.

KENALI DIRI ANDA

Yang paling mengenal dan paling paham atas diri anda adalah diri anda sendiri. Cobalah untuk jujur menilai diri sendiri. Mungkin ada banyak kekurangan yang masih bisa tertutupi oleh kelebihan yang anda miliki namun anda butuh memaksimalkan diri. Cobalah lakukan yang terbaik. Cobalah persembahkan yang istimewa.

Penilaian sukses dan tidaknya itu adalah hal yang relatif, adapun yang paling berhak dan paling tau akan kesuksesan anda adalah diri anda sendiri.

Penilaian orang lain kadang membuat kita harus merenung panjang. Namun bersyukurlah bila ada yang bersedia dengan jujur menilai anda. Itu berarti mereka masih menyayangi anda. Jangan kecewa dengan kasih sayang yang dipersembahkan untukmu. Jangan lupa bahwa hadiah atau kasih sayang yang diperoleh tak selamanya harus berbau kesenagan nan membahagiakan. Kadang ada pelajaran berharga yang harus dipetik lewat jalur air mata dan kekecewaan. Maka bersyukurlah dan berterimakasihlah pada dia yang bersedia dengan jujur menilai anda, entah positif ataupun negatif. Dalam penilaian Jelaslah banyak versi sebab banyak pula mata. Apapun itu tetaplah belajar memetik hikmahnya.

Komentar atau penilaian yang baik tapi serasa masih terpleset jika ditunjukkan pada diri kita, yah diaminkan saja. Penilaian atau komentar yang negatif terkait diri yang juga serasa terpleset syukuri. Jadikan pantanan agar tidak terjatuh pada yang demikian.

Penilaian dan komentar yang baik yang kita rasa benar jadikan kekuatan untuk bahan istiqamah, begitu juga komentar atau penilaian yang negatif tapi rasa-rasanya emang benar, jadikan bahan muhasabah sebagai tantangan untuk mengubah diri jadi spiderman he he jadi lebih baik pastinya yah.

Apapun penilaian manusia mari sikapi dengan indah, ambil manfaat sebanyak-banyaknya dan jadikan sebagai solusi.

Semangat solusi, yes ! ✊🏾✊🏾
Menjadi solusi ? pasti !👌🏻

Solusi terakhir

Aku mempertahankan rumah tanggaku selama bertahun-tahun. Aku menempuh segala cara untuk bertahan, dengan pengharapan bahwa semua masih bisa membaik, berbagai pengorbanan telah kupersembahkan, kesedihan, air mata dan segala luka telah berusaha kunikmati, aku berharap bahwa segala luka akan memulih oleh waktu yang panjang. Namun harus kuakui bahwa tidak setiap luka dapat dipulihkan oleh waktu, bahkan kadang ada luka yang justru makin terpelihara dan akan diperdalam oleh waktu.

Aku ingin memperbaiki hidup, aku tak ingin menyerahkan hidup untuk tersiksa hingga akhir, jika tak ada orang yang bisa mengargai aku, minimal aku harus berusaha untuk menghargai diriku sendiri.

Kata orang-orang, perempuan terlahir untuk dihargai, meski aku belum temukan itu tapi paling tidak aku sudah berusaha untuk menemukan kebahagiaanku sendiri. Aku yang dahulunya mempertahankan status tanpa hubungan kini harus mencoba mengakhiri semuanya.

Suamiku dengan segala kesederhanaannya tak membuatku sedikitpun harus mengeluh, namun dengan segala tingkahnya kemudian mengharuskanku untuk menjauh, bagaimana tidak, suamiku seorang laki-laki yang memiliki aku sebagai istri halalnya, namun harus mencari kesenangan diluar sana dengan perempuan lain.

Aku memintanya agar berhenti atau menghalalkan perempuan tersebut tapi ia menolak, suamiku bilang, aku sudah punya istri dan dia hanyalah mainanku. Jika aku memperisri dia, dia akan menjadi beban buatku. Dan kalau aku hanya berjalan dan memuaskan nafsuh bersamanya aku tidak akan bertanggung jawab atas apapun padanya.

Kita berdua telah bersepakat hidup dan bertemu jika saling membutuhkan saja untuk melampiaskan nafsuh masing-masing, aku puas dan diapun senag.

Jawaban itu amat memuakkan bagiku. Sejak saat itu aku tak lagi berharap perbaikan dari pernikahanku. Aku menyerah, usahaku memperjuangkannya bernilai nol dibuatnya.

Aku harus berpisah, tidak ada pilihan yang lebih tepat menurutku. Aku tak bisa melihat, mendiamkan, dan seakan meridoi perbuatan konyol mereka.

Terlalu lama aku memahaminya terlalu sering aku memaafkannya terlalu hina aku diperistri olehnya.

Qadar Allah tak bisa dipisahkan oleh diri. Tidak ada yang harus kusesali.
Akulah yang dulu memilih menyerahkan hidup untuk diperistri olehnya. Dan saat ini aku telah berjuang banyak untuk bertahan bersamanya. Tapi perpisahan seakan telah menjadi kewajiban, tingkah beliau yang mengharuskanku memilih untuk pergi. Aku tidak begitu kuat dan aku tidak begitu sabar untuk bertahan.
Kini kisah kami berdua telah berubah kembali menjadi aku dan dia.

langkah yang menyakitkan ini adalah pilihan yang paling tepat walau sebenarnya aku terlalu lama mengulur waktu. Aku terlambat, Anak-anakku telah menjadi kerban tingkahnya.

Haruskah kubertanya ?
Mengapa tidak kulakukan kuambil keputusan ini dari awal ? Mengapa anak-anakku harus menyaksikan sendiri dulu tingkah mereka ? Mengapa dia harus dengan terang-terangan berciuman didepan mata anak-anakku ? Mengapa baginya seakan ingin melumrahkan pemandangan yang haram pada anak-anakku. ?

Bahkan Kita sebagai pasangan yang halal sekalipun masih berpripasi akan hal itu.

Tapi menyesali masa lalu tidaklah berguna. lebih baik mengambil solusi biar terlambat daripada tidak samaskali.

Potret muslimah minimal

*Potret sederhana*
1. Senantiasa menjaga shalat wajib tepat waktu.
2. Senantiasa menjaga shalat sunnah baik sunnah muakkad maupun sunnah-sunnah lain seperti lail, duha minimal 4 takaat, shalat mutlak dll.
3. Senantiasa menjaga puasa sunnah daud/senin kamis/putih
4. Senantiasa menjaga hafalan/menambah hafalan minimal 2 baris perhari beserta tarjimnya.
5. Senantiasa menjaga bacaan qur’an minimal 1 jus satu hari beserta tarjimnya.
6. Senantiasa menjaga amalan andalan dan amalan rahasia.
7. Mengikob diri sendiri bila lalai mengerjakan amalan sesuai kebiasaan rutin. Sebanyak Rp 2000/pelanggaran.
8. Senantiasa mengevaluasi diri atau bermuhasabah setiap malam sebelum tidur.
9. Berusaha keras memaafkan orang lain semampunya sebelum menutup mata pada malam hari.
10. Senantiasa membaca QS. Al-mulk setiap malam.
11. Senantiasa menjaga dzikir pagi petang setiap hari.
12. Senantiasa membaca QS. Al-kahfi setiap hari jum’at.
13. Senantiasa memperhatikan/menjaga amanah semampunya.
14. Tidak meminta kepada sesama sebelum meminta kepada penciptanya.
15. Tidak mengadukan sesuatu sebelum mengadukan pada Rabbnya.
16. Senantiasa memperhatikan hak-hak saudaranya.
17. Senantiasa menjaga dan menutup aib-aib saudaranya.
18. Berusaha keras menjadi penyabar.
19. Memelihara sfat santun, dermawan, Amanah, jujur, bijak dan sabar.
20. Senantiasa menjaga/memeliharah wuduh.
21. Mengenal minimal 2 syirah salafussoleh dan 1 hadits sohih/pekannya.
22. Senantiasa memperhatikan adab-adab sesuai tuntunan nabi dalam setiap aktifitas sehari-hari
23. Senantiasa berusaha menghindari atau meminimalisir hal yang sia-sia
24. Bangun jam 03.00. Subuh
25. Tidur jam 11 malam
26. Khailullah jika tidak sibuk
27. Senntiasa menjaga silaturrahiim hubungan baik terhadap sesama.
28. Senantiasa menghadirkan Allah dalam hati.
39. Senantiasalah merasa berada dalam pengawasan Allah.
30. Beristirahat secukupnya.

Menyelam hari tua.

Sesekali mari hadirkan apa rasanya dihari tua.

bayangkan saat diri mulai menuah, saat omongan mulai ngaur tak terarah. Saat kulit mulai keriput. Saat kekuatan mulai melemah. Kira-kira akan diperlakukan sepertia apa kita ?

Persiapkan dari sekarang mau diperlakukan seperti apa nanti. Dan mau disebut apa setelahnya.
Kata orang-orang kita akan diperlakukan sebagaimana memperlakukan orang tua disekitar kita dihari tuanya, orang tua tersebut bisa ayah ibu kita ataupun orang tua orang lain.

Terus bagaimana dengan yang tak punya keturunan siapa yang akan merawat mereka dihari tua ? Jomblo jangan baper he he. Soal takdir jangan ikut campur serahkan pada Allah semata. Yang terpenting jangan anti nikah dan tetap lakukan yang terbaik untuk ayah ibu kita, perhatikan dan perlakukan keduanya dengan sebaik mungkin, baik dimasa mudanya terlebih saat mereka sudah tua. beliau adalah syurga kita.

Mari memperbanyak do’a agar terhindar dari sifat pikun.

Cinta bukan faktor utama dalam mempertahankan rumah tangga.

Cinta hanya perkara keskian dalam merajut pernikahan, yang utama adalah komitmen, kepercayaan, dan saling menghargai. Cinta hanya soal rasa. Apalah artinya jika tidak dibarengi dengan perhatian dan pengertian. Jangan bilang dengan cinta semua menjadi spontan dan instan. Itu logika palsu. toh rasa itu bisa berbolak- balik. Berarti cinta tak bisa menjadi jaminan kebahagiaan dan kesuksesan dalam berrumah tangga.

Banyak kisah orang-orang soleh terdahulu mampu mempertahankan rumah tangganya hingga akhir tanpa cinta. Sebab dengan sabar memperlakukan istri dengan baik hingga sang istri tak menyadari jika ia tak dicintai, bahkan sang istri merasa paling dicintai dan paling bahagia.

Apa yang membuat rumah tangga bertahan tanpa cinta ? Sepertinya terdengar menakutkan. Tapi yang bisa mempertahankan rumah tangga bukan cinta. Bukan perasaan. Tapi kembali pada komitmen.

Tertipu

Aku pernah begitu yakin bahwa engkau adalah laki-laki yang baik buat diriku kelak. Aku pernah berharap engkau adalah laki-laki yang akan mengdampingiku nantinya.

Hingga akhirnya aku harus menyaksikanmu disudut pelaminan sana bersanding dengan perempuan yang bukan aku. pastilah aku terluka, sebab mimpi indah yang dulu begitu kupuja kini harus berakhir dengan penghianatan, menurutku. aggap saja begitu.

Tidak mengapa sekarang aku mencoba mengikhlaskanmu, dan akan belajar melupakanmu. Mungkin sedikit akan sulit tapi harus sebab saat ini engkau sudah menjadi milik orang lain.

Aku akan membuat hadirmu samar sebagaimana samarnya laki-laki lain yang tak pernah kupuja dan kinginkan keberadaannya.

Engkau adalah laki-laki yang pernah mematahkan hati dengan candamu. Kupikir kau serius dan akupun tertipu. Aku tertipu saat mengira yang kau lakukan hanya untuk aku. Aku juga tertipu mengira dirimu laki-laki yang baik.

****

Awalnya kupikir aku bodoh mengharapkanmu tanpa janji yang pasti. Ternyata tidak, bukan aku yang bodoh. Begitulah fitrah wanita, hatinya lembut, mudah tersentuh. wanita yang telah kau sakiti hari ini, tidak sedang menyalahi jalurnya. dianggap bodoh memang, tapi kebodohannya tidak menandakan ia sedang keluar dari jalurnya. ia masih dalam fitrahnya.

Satu pesanku, buat kalian yang merasa laki-laki baik: jangan pernah mengumbar sapaan, pujian, rayuan palsumu pada perempuan manapun sebab hati perempuan terlalu halus dan sensitif, ia amat lembut, dan pemalu, sifat malunya yang membuatnya lebih muliah. Ia mudah tersentuh dan boros perasaan namun tak berani menyampaikan rasanya kepada laki-laki tidak terjamin halal untuknya.

Jangan pernah buat ia berharap dan menunggu hal yang tak pasti.

Pelajarilah cara untuk menjaga dan menghargainya. Sebab engkau ditugaskan untuk menjaganya bukan untuk menyakitinya.

Jangan bangga menjadi laki-laki yang mampu mematahkah banyak hati wanita, yang engaku sendiri bahkan tidak sedang niat untuk halalkannya. Bukan dia yang rendah tapi engkau yang ditugaskan untuk menjaganya namun justru menghianati dengan menyakiti.

Dan buat kamu wahai ukhtii :
Engkau jangan mudah tertipu dan terpedayah dengan rayuan gombal lelaki. Aku tidak sedang memintamu menyalahi fitrah. Aku hanya ingin engkau berhati-hati dan lebih siap untuk menjalani hidupmu dengan tenang dan lebih indah nantinya.

Bersabarlah menunggu laki-laki yang halal yang akan memperjuangkanmu dengan Bismillah.

Kalian tidak harus menglami luka seperti yang telah terjadi padaku. Cukuplah engkau mengambil pelajaran dari pengalaman yang aku hadapi, kamu tidak harus menjadi korban untuk tau rasa sakitinya.

Laki-laki yang serius, adalah dia yang datang pada orang tuamu dan memintamu untuk dia halakan.

Bukan dia yang senantiasa mengumbar rayuan. gombalan, penuh iseng. bukan dia yang menhubungi kamu dengan selangit pujian dan janji tanpa usaha menghalakanmu.

Bukan dia yang bagaikan roh penasaran menggentangi.

Tidak pantas bagimu menghinakan diri pada lelaki yang tidak tau cara menghargaimu. Jangan tunggu dia untuk menjagamu. Jangan tunggu dia untuk menghargaimu.

Hargai dan Jagalah dirimu sendiri. Jangan biarkan dirimu terluka oleh laki-laki manapun.

Laki-laki yang berani menyapamu, memujimu, dan menggodamu sebelum halalkanmu, Sebenarnya itu yang membuktikan bahwa dia adalah laki-laki pengecut. dan engkau tidak pantas untuknya.

Engkau boleh menyangka ia baik, yang jelas dia dan laki-laki lain sama aja. yang membedakannya mungkin adalah topengnya, mungkin dia terlihat lebih menawan karena sedang menggunakan topeng bermerek cingkrang dan jenggot panjang.

Aku menasehati bukan karena aku lebih baik. Seperti yang kamu tau, aku hanya tidak ingin engkau tertipu dan tersakiti.

****

Menghargai diri sendiri.

Hargailah apapun adanya diri anda. Sebab tidak ada manusia yang terlahir penuh kekurangan. Begitupun sebaliknya tidak ada manusia yang terlahir penuh kesempurnaan.

Berhentilah berpikir bahwa diri anda buruk, ataupun pembawa sial. Menghargai diri sendiri itu penting. Memilih bahagia itu penting, sebab orang lain tidak akan mampu pilihkan kebahagiaan untuk kita. Bahagia itu ada pada pola pikir anda. Maka cobalah perbaiki pola pikir anda. Jangan menunggu dibahagiakan, tapi cari dan temukanlah kebahagiaan anda sendiri.

Jangan penduli pendapat orang lain yang menurutmu akan menjatuhkan. Tapi pedulilah pada apa saja yang akan membuat dirimu lebih baik.

Komentar manusia tidak akan membuat diri anda hina, tidak juga akan membuat anda mulia. Sebab hakikatnya kemuliaan ataupun kehinaan ditentukan oleh masing-masing diri.

Berhentilah menyalahkan dirimu, berhentilah membenci dirimu.

Berikan yang terbaik untuk dirimu, jangan tunggu orang lain yang melakukannya.
Pastikan dari sekarang bahwa anda bisa menghargai dan menyayangi diri anda sendiri.

Beban hidup boleh berat. Perjalanan hidup boleh melelahkan. Tapi kebahagaian jangan ditukarkan. Dalam hidup, sesekali bosan itu alami. Sesekali jengkel itu manusiawi. Yang jelas apapun yang terjadi. Bagaimanapun kondisi atau keaadaan anda tetaplah bahagia.

Ukhuwah yang tak sampai.

Saudariku, ukhuwah kita terlihat begitu indah, kita telah rajut bersama dengan aqidah sohihah. Kemudian kita pererat dengan berbagaimacam coba dan rintangan. Kita tetap mencoba saling menggenggam andai nyawa hampir menjadi taruhan. Inilah ukhuwah yang kupikir sudah begitu kuat. Dan tak bisa digoyahkan oleh siapapun.

Namun keadaan masih harus membuatku ragu. Aku tak begitu yakin bahwa diantara kita benar-benar pernah menjalin ukhuwah yang kuat. Aqidah boleh sama. Tujuan boleh sama. Tapi pemikiran tak bisa dipaksa untuk selalu sama.

Sekarang aku mulai tau. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam ukhuwah. Tidak ada yang salah dalam da’wah. Tapi aku yang terlalu rapuh. Aku percaya dan bahkan aku telah yakin.

Namun diantara kita mungkin butuh ada jarak agar aku tau apakah aku masih bisa merindukan ukhuwah yang pernah ada. Atau aku justru harus memulainya kembali dari nol.

Aku tau kebaikanmu yang mungkin selangit, aku paham keadaanmu. Tapi kembali lagi aku masih sangat rapuh, aku kecewa.

Terlalu besar harapku, terlalu tinggi mimpiku bahwa jika kelak engkau dapati kesalahan terkait diriku. Aku berharap siapapun orang yang pertama tau maka dia pula yang bertanggung jawab menyampaikannya padaku.

Tapi ternyata ukhuwah kita tidak sampai. Dan mungkin tidak akan pernah sampai. Engkau nyatanya masih takut dan merasa tak tega. Engkau masih khawatir aku akan kecewa, jika engkau harus jujur demi kebaikanku. Kurasa ini diluar jalur ukhuwah. Ternyata ukhuwah kita belum cukup untuk saling terbuka dan saling memperbaiki. Ukhuwah yang aku banggakan belum memiliki arti apa-apa.

Sekarang aku tau bahwa kebersamaan yang kusangka ukhuwah yang kita rajut bersama hanya bagian dari kewajiban masing-masing sebagai muslimah yang layaknya memang saling membantu dan saling menolong dalam satu komunitas. Kita hanya kebutulan bersama. Hanya kebutulan satu tempat dalam dalam urusan dunia. Urusan kerjaan. Tak ada yang istimewah, tak ada yang layak untuk dirindukan tak ada yang pantas untuk diperjuangkan.

Sekarang jika masih ada kata ukhuwah yang tersia mungkin itu hanya bagian kecil, jikapun bukan bagian dari ucapan dusta. Jika akan ada ukhuwah diantara kita berarti kita akan memulai kembali dari titik terrendah. Bukan memperjuangkan ataupun mengokohkan.

Mungkin memang begitulah hakikat ukhuwah. Sementara aku telah berharap dan bermimpi terlalu tinggi. Aku inginkan ukhuwah-ukhuwah yang terrajut kuat sebagaimana ukhuwah sang nabi kepada abu bakar, umar, usman ali ataupun sahabat-sahabat yang lainnya. Aku cemburu pada kekuatan ukhuwah mereka.

Tapi ternyata itu hanya rindu yang dulu, yang mungkin takkan pernah kuraih. Bagaimana mungkin ukhiwah kita bisa sesempuranah beliau. Sementara diantara kita ada yang serapuh aku.

Sekarang aku paham dan hanya bisa meminta maaf.

kembalilah kejalannya

Rapatkan kembali hijab yang telah sengaja engkau longgarkan. Pupuk kembali ukhuwah yang pernah engkau renggangkan.

Hakikatnya iman memang harus senantiasa diperbaharui. Jika tidak, maka engkau akan terjatuh pada resiko penyakit futur yang menahun. Dan terkungkung dalam dosa dan kehinaan.

Bersukurlah sebab hidayah masih menyepa. Bagaimana jika Allah mengabaikanmu ?
Sementara sang maut, tak tertebak kapan datangannya.

Bangkitlah wahai pemilik jiwa yang keruh, pemilik hati yang rapuh.
Kembalilah pada istifar dan sujud-sujud panjangmu.

Temukan dan miliki kembali hati yang bening. Sebab kita tak pernah tahu hal sia-sia yang mana yang akan membuat neraka menanti kita.

Bukankah sang maut tak pernah berhenti mengintai ?

Titik lemah

Ingin samarkan hadirmu namun tak Sanggup.

Tolong hentikan ulahmu, biar kutenang tanpa pikirkanmu.

Pergilah….

Cukuplah sekali kau membuat aku hampir gila sebab belajar melupakanmu.

Aku berjuang hingga akhir, walau batin tersiksa walau dada sesak tapi wajib untuk aku lakukan. Aku harus melepasmu pergi tanpa bayangan.

Keberadaanmu boleh sesaat tapi untuk melupakanmu butuh waktu yang banyak. Mungkin aku amat menyedihkan tapi ini realita yang tak mampu kusangkal, aku hanya manusia biasa dan aku adalah wanita.
Dengan jelas kesalahan ini seakan telah menjadi hukuman buatku.

Aku berusaha agar bisa tersenyum dan tertawa lepas untuk menghibur diri agar tak larut memikirkanmu.

Aku tidak akan menyalahkan kehadiranmu, aku hanya akan memperbaiki diri lebih agar tak lagi pernah terjatuh pada kesalahan yang sama.

Mungkin ini adalah hukuman sebab telah menyalahi jalurnya.

Pergilah

Cinta, jika kau datang hanya untuk menyiksa. Pergilah.!

Jika kau datang tidak untuk menghalalkan.
Pergilah !

Jika kau datang hanya membawa kepalsuan. Pergilah !

Jika kau datang hanya untuk menyakiti.
Pergilah !

Jika kau datang hanya untuk memberi pengharapan palsu.
Pergilah !

pergilah ! kau datang dan merusak banyak hal.

Pergilah ! berhentilah merusak semuanya.

Pergilah ! berhentilah membodohi.
Pergilah ! sudahilah menyiksa.

Bermain hati.

Kupikir aku hanya sedang bermain-main, tapi ternyata bermain-main denganmu adalah kesalahan terbesarku.

Ternyata perasaan bukan untuk dijadikan sebagai bahan mainan sebab itu hanya akan menyiksa diri sendiri.

Awalnya aku hanya sekedar senang membaca chat dan menerima telfon darimu. Semua biasa saja. Kau hanya bercanda dan aku tertawa, begitupun sebaliknya.

Tapi akhirnya aku terjebak. Aku terjebak oleh pujian dan rayuan manismu. Aku mulai nyaman denganmu padahal awalnya aku merasakan risih. Aku pikir aku tidak sedang merindu ataupun mencari. Aku tidak tau apakah engkau melakukannya karena inginkanku atau engkaupun hanya sedang bermain-main. Tapi yang jelas sudah seharusnya kita sudahi hal ini.

Sepertinya aku lupa saat memulai permainan ini. Aku lupa bahwa aku lemah, aku lupa bahwa syaitan begitu pandai mencari celah.

Sekarang, aku ingin engkau berhenti dan pergi atau datang untuk menghalkan.

Cinta dan hijrah

Engkau boleh pernah ada dihatiku. Aku takkan sesali itu. Walau bahkan cukup menyiksaku, saat akan mecoba melepasmu. Walau waktuku terbuang banyak untuk melupakanmu. Tapi biarlah, itu telah cukup menjadi pelajaran berharga buatku.

Aku minta maaf jika memaksa melepasmu dengan caraku. Aku hanya takut melenceng jauh dari syariat Allah.

Kalau engkau bertanya kenapa ? mungkin aku tidak akan mampu memberimu jawaban. Sebab aku mencitaimu dengan pasti, menginginkanmu dengan jelas. Namun aku terlalu takut. Sebab hubungan ini ternyata ada pada jalur yang salah.

Diantara kita tidak ada yang tau apa-apa tentang tankdirnya, tidak ada yang mampu menebak masa depan.

Allah akan halalkan ataupun anggak. Yang jelas hari ini kita belum halal, dan bahkan mungkin saja tidak akan pernah halal.

Diantara kita tidak ada ikatan apa-apa selain ikatan dalam dosa. Maka kita jangan pernah merasa hebat dan bangga dengan berusaha mendahului takdirnya, yang seakan memaksa menyatu diluar jalurnya. Cukuplah kita bersalah. Saatnya kita menanggung dan menerima iqab ini, dengan saling melupakan walau saling mengagumi. Menjauh walau saling menginginkan.

Hati kita mari kuatkan.
Aku tidak tau dan tidak bisa menerka siapa yang lebih sakit dan lebih tersiksa diantara kita. Yang jelas hati kita berdua bukan raja untuk dituruti. Ada raja yang sebenarnya. Yang telat kita sadari. Dia yang pertama dari segalanya. Maka kitapun sebaiknya mengutamakannya.

Allah dialah raja yang sebenarnya mari kita berjalan dibawah naungan syariatnya.

Aku pergi, menghilang bukan karena ego yang dimenangkan, bukan karena telah membenci, bukan karena sudah berhasil melupakan. Tapi aku harus sukses melepasmu. Sebab melepasmu adalah keharusan.

Untuk menghapus engkau dari ingatanku bukan hal yang mudah. Begitu pula untuk melepaskanmu.

Jika engkau bagian dari yang telah Allah garisakan untuk dihalalkan denganku. Allahlah yang akan menyatukan kita dengan caranya.

Selamat Jalan Gururuku.

M. Kasim K.

Masih teringat betul bagaimana perjuanganmu dalam membina kampung kami tercinta Borongbuah.

Kau guruku sekaligus bapak tercinta kami.

Hari hari ini ahad sore Allah telah memanggilmu untuk kembali menghadap padanya. Semoga yang maha, telah siapkan tempat terindah untukmu. Semoga kubur indah nan lapang menjemputmu degan ridho serta surga yang luas menanti.

Ukhuwahmu. perjuanganmu dalam membina dan membangun MI dan TK-TPA borongbuah. Masih dinikmati ummat (anak-anakmu) hingga hari ini. Itulah ladang surgamu.
Semoga pahalmu tetap mengalir.

Guruku ikhlasmu terbaca dari wajajah tawadduhmu, wajah suhudmu yang selalu setia disertai oleh senyum indah. Candamu, sebagai bapak yang ramah.

Jasamu yang tak pernah mengharap imbalan. Ketulusanmu yang tak pernah meminta biaya dalam perjuangan. Engkau sendirian tak ada teman untuk bermusyawarah, namun engkau tetap berjuang hingga akhir. Semoga Allah membalas semuanya dengan pahala yang berlipat ganda.

Dan adapun tentang kehilafan selama hidupmu. semoga engkau telah memperoleh ampun dari Allah dan telah memperoleh maaf dari makhluknya.

Sebab manusia sabar, dan hanif sepertimu berhak mendapatkan maafnya.

Semoga yang maha telah memberikan segala kebahagiaan dialam sana, karena telah mengujimu degan berbagai cobaan didunia.

Guruku.
yang maha pengsih telah menjemputmu, itu berarti pengorbananmu didunia sudah berakhir dan saatnya Allah membahagiakanmu dengan tempat yang indah. Yang keidahannya tak pernah terbayang oleh hati, mata, dan telinga manusia.

Terakhir semoga ikhlasmu telah memperolehkan maaf buat kami anak-anakmu dari berbagai macam tingkah nakalnya saat engkau membinanya dulu.

Mengemis perhatian yang halal

Engkau adalah laki-laki yang halal untukku. Kita telah dihalalkan beberapa tahun yang lalu.

Kusebut kau suamiku. Suami yang saat awal menghalalkanku. aku begitu brharap banyak akan menjalin sakinah hingga akhir. Aku tau bahwa dalam berumah tangga, butuh berbagai pengorban, termasuk pengorbanan rasa dan selainya. akupun sadar bahwa dalam perjuangan akan melewati pahit manis kehidupan. Tapi maaf aku tidak siap berkorban sendirian, aku tidak kuat memahami sendirian. Aku butuh untuk dipahami. Aku butuh fakta perhatian, sebab kata-kata tidak bisa mewakili hal itu.

Suamiku, aku tidak begitu tau apa yang menjadi hobimu, tapi aku telah belajar banyak hal untuk memahami. aku mungkin memang belum sesempurnah yang engkau inginkan. Tapi aku telah berusaha untuk menjadi yang terbaik, memang bukan hanya untuk engkau, tapi aku telah berusaha banyak untuk yang terbaik buat kita. Buat kamu sebagai suami yang sangat kuhormati (ayah dari anak-anakku), dan aku sebagai orang dibutuhkan karena amanah ditempat lain, yang kaupun tau, dan harusnya kau pahami itu.

Jujur aku sangat butuh untuk dipahami dan dimengerti olehmu selaku orang terdekatku.

Engkau yang menjemputku dari rumah orang tuaku setelah berjuang menghalalkanku. aku ingin engkau tetap berjuang disisiku, termasuk untuk dapat kepercayaan penuh dariku. Tolong buatlah aku percaya padamu, aku sangat sangat ingin mempercayaimu. Aku ingin merasa aman dan nyaman didekatmu. Bukan tidak enak dan risih. Aku telah berusaha menyebut namamu berulang-ulang kali dalam do’aku dan aku mencoba terbuka kepadamu.

Suamiku, mari kita perjuangkan tugas ini bersama, kita disatukan oleh Allah untuk amanah ini. Kita disatukan oleh Allah sebagai orang yang sama-sama paham syariat. Kata menyerah tidak cocok untuk kita.

Suamiku kau paham bahwa aku wanita yang cukup egois, tapi aku telah menaruhnya sebagian besar untuk terbuka demi memperbaiki hubungan kita.

Suamiku, Maaf aku bosan dipelakukan begini, aku bosan selalu merasa tersakiti. Kadang aku ingin jauh darimu, jauh sejauh-jauhnya. bukan karena membencimu tapi takut kalau lagi dan lagi akan terskiti olehmu, aku pernah bilang, sakit yang berkepanjangan dan keseringan itu mampu membuat tak lagi berasa. Sebenarnya bukan sakitnya yang tak lagi berasa tapi kenyamanan dan keamanan yang tak lagi terasa indah.

Suamiku,
Jangan buat semuanya tersa hambar, jangan jadi orang asing dalam rumah kita.

Suamiku, jika dulu pernah ada rasa yang indah, aku ingin kau dan aku berjuang untuk temukan itu kembali.
Sebab dengan engkau benar-benar pergi, seperti yang kadang kuinginkan, itu belum tentu benar-benar menjadi solusi tebaik diantara kita.

Kita punya buah hati.
Anak-anak yang butuh tauladan, dan tentu kau dan aku tidak menginginkan kesalahan kita menjadi penyebab kekeliruan dalam pertumbuhan mereka. Sebaiknya mereka tak tau dan tak menyaksikan apa-apa.

Aku mita satu hal sebelum semuanya benar-benar membosankan.
Aku butuh dimengerti, aku butuh dipahami. lebih tepatnya, saling mengerti dan saling memahami.

Sebuah ikatan, kata orang-orang yang telah berpengalaman tidak akan berasa dan tidak akan pernah langgeng ketika tidak dibarengi oleh ketulusan pengertian dan pemahaman.

Karena kita sama-sama tau kunci yang kita cari. Mari kita temukan bersama. Tolong jangan pernah berpikir untuk menyerah. Mari saling mendoakan, jangan cukupkan dan biarkan hanya aku yang menyebut-nyebut namau selalu dalam doaku, engkaupun harus melakukan seperti yang aku lakukan.

Perjuangan ini, kita telah pilih bersama dan kita telah memulai bahkan kita telah melewati jalan-jalan panjang, mari berkomitmen kembali. Kita bukan pengecut, kita orang kuat jika kita bisa saling menguatkan.

Suamiku, jangan biarkan aku merasa sendiri saat bersamamu. Aku takut rapuh dan menyerah.

Terkecuali jika hasil istikharahmu benar-benar telah mengharuskan aku berjuang sendirian.

Mengemis pengertianmu serasa menurunkan rasaku. namun aku mencoba melakukannya sebagai bentuk pengorbanan. Segalanya akan kulakukan semampuku. Aku tidak mau menyerah sebelum semuanya kulakukan sebagai bentuk pengorbanan, meski serasa ini bukan lagi diriku, yang bisa mengemis perhatian. sebenarnya akupun enggan melakukannya tapi aku berharap setelah pengorbanan terbesar ini ada perubahan berupa kebaikan. aku tak ingin menyesal, menyerah tanpa pengorbanan. Namun andai setelah kulakukan semua ini dan tetap tak kunjung menemukan perbaikan dan pemulihan dari keretakan yang ada. Berarti itu adalah bahagian dari garisan takdir, yang telah tertulis dilauh mahfudz, dan tentu saja itu diluar kuasa kita.

Berarti aku hanya harus belajar tegar dan lebih kuat lagi. Meski dengan segala usaha ini tidak mampu mengubah apapun. Tapi yang jelas aku legah karena aku sudah punya hujjah dihadapan Allah kelak, dan aku tak perlu lagi menyesali apapun.

Cinta dan khawatir.

Cinta, hadirmu serasa menyenangkan. Meski kutakut kau palsu.

Cinta, hadirmu mngagumkan, meski kutakut kau hanya bagian dari permainan.

Cinta, jika kau ada untuk dihalkan maka sebaiknya engkau berubah wujud, sebab meski dengan membersamaimu adalah kesenangan dipenuhi hati yang serba berbunga-bunga, tapi bersatu denganmu adalah kekhawatiran.

Kusadari dalam dirimu masih banyak yang harus berubah, dan aku hanya bisa berharap engkau bisa berubah, engkau belajar menjadi lebih indah walau sebenarnya engkau telah terlihat indah olehku, sebab aku menggunakan kaca mata cinta untuk menatapmu.

Berharap dengan waktu yang sangat sempit, yang dipersempit oleh urusan dunia. Engkau tetap ada waktu untuk urusan akhiratmu.

Tahukah kamu bagaimana aku ragu, saat membayangkan harus bersamamu. dalam kondisimu yang masih serba minim ? Akankan engkau berubah. Tidakkah dunia akan mengalihkanmu dari impian, yang sebenarnya engkau sendiri belum melakukan apa-apa untuk sebuah perubahan. Haruskah aku menanti dan terus menanti. ?

Bagaima jika aku menerima menyatu dan kau ternyata tidak berubah juga, dengan alasan sibuk ini dan itu.

Bagaimana jika aku memilih menyatu denganmu dan akhirnya aku sadar bahwa yang aku butuhkan bukan hanya cinta, tapi aku butuh tauladan yang baik.

Bagaimana jika aku memilih menyatu dan kau membuat aku menyesal karena berharap dan berharap tapi kau tak kunjung berubah.

Sekarang aku ingin tenang dengan dengan akal sehat, tanpa kaca mata cinta aku akan mencoba menatapmu kembali.
Ia untuk saat ini aku sadar aku mencintaimu, ia untuk saat ini aku sadar memang menginkanmu. Tapi aku masih ragu engkaukah itu, yang aku butuhkan untuk mendampingi hidupku.

Benarkah engkau yang kuinginkan, atau engkau hanya diinginkan oleh hawah nafsu saja. ?

Menikah bukan sesaat, dan bukan soal coba-mencoba. Tapi berharap untuk selamanya dunia dan akhirat.

Aku tak ingin salah memilih. Aku tak ingin menyesal.

Selalu memuliakanmu

Aku adalah seorang ibu yang besar hati untuk menerima segala lika-liku jalanan kehidupn.

Mungkin banyak yang tak percaya kalau cerita ini nyata, yang jelas aku percaya bahwa cerita ini benar adanya.

Namaku yani. Aku adalah seorang ibu yang saat ini memiliki 3 anak kandung dan 5 anak angkat. Aku menikah dengan suamiku 27 tahun silam. Usiaki dengannya terpaut 30 tahun. Aku bersuamikan laki-laki non muslim yang sangat sederhana. Dibilang tampang tidak juga dibilang kaya juga ngak. Tapi kok bisa ? qadarallah begitulah takdir Allah berlaku.

Aku terlahir dari keluarga terhormat dan berpendidikan. Ayahku adalah seorang polisi sementara ibuku seorang pegawai.

Takdir buruk sedang berpihak padaku. begitu kata ibuku. Aku ditakdirkan terlahir kembar, ibu kemudian mengasuh kakak kembarku, dan aku diserahkan kepada nenek untuk diasuhnya.

Tidak terlepas dalam garisan takdir. Kakak yang diasuh oleh ibuku meninggal dunia. Akhirnya ibu kebali menjemputku untuk tinggal bersamanya.

Kupikir semuanya akan berjalan normal karena menurutku tak ada sesuatu yang salah dari jalannya takdir, tapi tidak sesederhana itu, menurut ibu harusnya yang meninggal adalah aku bukan kakakku. Qadarallah ternyata kisah yang sering disaksikan di filem-filem harus kualami juga. Ibu sangat membenciku. dan aku diperlakukan dengan sangat berbeda dari saudara-saudaraku. Aku harus kerja keras untuk memenuhi kebutuhanku sendiri padahal ibuku termasuk orang berada sementara kakak dan adikku diperlakukan begitu manja.

Karena aku selalu diprlakukan berbeda. Aku akhirnya bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan kasih sayag yang sama dari ibuku. Yah mungkin juga karena didikan dari nenek yang selalu mengajarkanku untuk mandiri. maka bagiku megerjakan tugas rumah sudah biasa, dan tidak begitu sulit. Aku adalah anak yang terhitung cerdas dan penurut. waktu kecil aku bercita-cita menjadi guru agama. Tapi karena ibu melihatku memiliki akhlak yang lumayan baik dibandingkan saudara-saudaraku, ibu menganggap bahwa aku tidak harus masuk pesantren. Justru yang dimasukkan pesantren adalah kakak dan adikku yang katanya manja.

Bahkan ibu memilihkan sekolah Kristen untukku, meski ibu tau bahwa aku sangat ingin masuk pesantren.

Aku adalah seorang ibu yang diusia remajanya dihabiskan waktu untuk mengabdi pada ibu hingga sekaligus bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Terlebih setelah ayah menikah dengan perempuan lain dan ibu memilih untuk dicerai. Kalau masalah makan alhamdulillah bisa makan dirumah, tapi uang buku, tas, sepatu dll harus mengadakan sendiri.

Jika aku terlambat pulang dari sekoalah kadang harus dijemput dengan rotan plus tamparan dan kata-kata kasar. misalkan tidak usa pulang sekalian, sambil dilemparkan barang-barang keluar dari rumah. Satu, dua sampai tiga kali tak masalah buatku, masih bisa dimaklum bagaimanapun beliau adalah ibuku, tapi setelah kejadian itu beulang-ulang hingga suatu ketiika aku benar-benar tak sabar dan memutuskan untuk pergi dari rumah. Aku menaiki angkot yang aku sendiri tidak tau angkot tersebut mau kemana. Kemudian saat angkot itu berhenti, akupun turun tanpa tau arah ingin kemana. Setelah seharian dijalan akhirnya aku dipungut dan deberi tumpangan oleh orang baik. Menurutku orang tersebut bersedia menjadikanku anak angkat. Saat aku ditanya, karena perasaan kecewa yang begitu dalam aku sempat mengaku bahwa aku sudah tidak memiliki keluaraga. Tapi salah satu dari dari keluarga orang tersebut curiga kepadaku dan jadilah ditanyakan ulang keberadaanku dijalan. Akupun menjawab jujur. kemudian dipulangkanlah aku kerumahku setelah diyakinkan dengan beberapa hal, karena aku sempat menolak untuk dipulangkan. Salah satu bentuk ia meyakinkanku adalah dia mengaku bersedia jika saja ibuku masih mengulangi kesalahannya, maka ibu tersebut bersedia menerimaku kembali dirumahnya.

Setelah kejadian itu aku mengira sepulang kerumah mungkin ibu akan menyesali sedikit perbuatannya, atau paling ngak aku akan diperlakukan lebih baik, tapi nyatanya tidak, aku justru sangat kecewa karena kedatanganku kembali harus menyaksikan ibu bahkan sempat-sempatnya memberikan cerita bohong pada guruku yang memanggilnya kesekolah untuk mengetahui keberadaaku. Difitnah oleh ibu sendiri sakitnya luar biasa.

Aku adalah tamatan SMA. setelah selesai SMA aku bekerja sebagai pegawai perpustakaan diskolahku dan setelahnya aku diangkat menjadi bendahara keuangan diskolah. Untuk lebih layak menduduki pesisi keuangan diskolah. Aku sempat mengikuti kursus yang berpiagam untuk mempertahankan posisi tersebut. Namun lagi dan lagi menurut ibu pekerjaan tersebut gajinya kecil, jadi aku harus keluar kota untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus. Kebenaran tanteku membawa kabar bahwa dikampungnya mudah mendapat pekerjaan dan gajinya besar. dengan sangat berat hati, aku harus meninggalkan pekerjaan demi menuruti pinta ibuku, Aku mencoba menjadi anak yang baik untuk ibu. kemudian berangkatlah aku kekampung tante yang menawarkan pekerjaan yang katanya bagus.

Nyatanya disini tidak ada pekerjaan yang menjamin seperti yang dijanjikan tante. disini aku hanya membantu pekerjaan rumah tante. nyesak rasanya, karena aku kurang senang dengan kondisi ini, Aku akhirnya mencari pekerjaan sendiri, aku diterima sebagai tukang parkir mobil disalah satu mall besar. walaupun hanya menjadi tukang parkir setidaknya aku sudah punya pekerjaan sendiri.

Disinilah berawal takdir buruk. maklum tukang parkir didepan salah satu maal besar tuntutan kerja hingga larut malam.

Siapa sangka tantenteku ternyata tidak senang dengan pekerjaanku yang selalu pulang larut malam. Tapi mau gimana lagi untuk saat ini hanaya pekerjaan inilah yang aku punya, sambil mencari lowongan kerja yang lain, Jadilah aku lebih sering dikuncikan dan akhirnya kadang harus tidur diteras depan rumah atau ngak aku harus nebeng dirumah teman. Hingga suatu malam terjadi hal yang sangat-sangat tidak dinginkan.

Sepulang dari tempat kerja aku di ikuti oleh seorang laki-laki asing mengganguku hingga berhasil merampas keperawannanku.

Malam ini keperawanan seorang gadis malam berhasil dirampas oleh manusia bejat yang tak dikenal.

Setelah kejadian tersebut tanteku mencari tau siapa pelakunya, dan pelakunya adalah salah seorang yang bekerja juga diperusahaan yang sama denganku.

Malam itu andai aku tidak memiliki pemahaman agama secuil aku sudah memilih untuk bunuh diri, terlebih saat dipulangakan kepada ibuku dalam keadaan ternoda.

Aku berharap berita pemorkosaan itu hanya keluarga aku yang tau, ternyata tidak ibuku beserta tanteku bahkan sudah meberitahukan hal tersebut pada semua orang. Akhirnya aku harus menanggung malu ditanah lahirku sendiri. Aku dicemooh, dianggap manusia yang tak bisa menjaga diri. Aku kecewa, aku kalut dan bimbang, aku tidak tau lagi apa yang harus kulakukan.

Hingga akhirnya tanteku memberikan alamat laki-laki bejat itu akepadaku yang seakan-akan menyuruhku kepadanya. dan aku sebagai manusia yang hina dengan terpaksa meninggalkan rumah dan menemuinya lalu diperistri olehnya. Saat itu aku merasa tidak punya pilihan lain.

Bertahun- tahun lamanya aku harus menanggung derita bersamanya. Aku akhirnya memiliki Anton, Aini dan Aina darinya. Suamiku ternyata Kristen katolit tapi ia masuk islam setelah anak keduaku lahir yaitu Aini. Derita demi deritapun harus kunikmati.

Bagai menelan pill pahit kehidupan. Aku menjauh dari orang tuaku, dari keluargaku demi laki-laki yang tidak kukenal, kutau benar adat istiadat yang amat keras dikampungku adalah menikah dengan non islam berarti rela terbuang dan dianggap mati.
Apalah daya, akupun tidak pernah menghubungi keluargaku sebelum suamiku menjadi muslim.

Aku mulai mencari kembali kabar keluargaku setelah suamiku berislam dan qadarrallah aku tak tau satupun nomor HP dari kampungku maka aku harus bersurat kekampungku yang kukirimkan lewat pos, surat itu hampir saja tidak berhasil sampai pada tujuan, sudah berbulan-bulan surat tersebut sudah kukirimkan tapi tak ada satupun yang menghubungi aku. Padahal aku sudah memasukkan nomor HP untuk mereka hubungi. Aku juga sudah sangat merindukan ibuku, bagaimanapun masalaluku bersamanya tapi beliau tetaplah ibu yang aku rindukan.

Hingga keajaiban Allah terjadi, Allah ternyata belum sepenuhnya membuang aku, akhirnya pamanku yang kebenaran telah menjadi lura disana, mencoba membuka surat yang telah kusam, isi pos tersebut yang kuperuntukkan atas nama ibuku, dan setelah itu ia buru-buru menghubungi aku. Aku sangat sangat bahagia, akhirnya setelah bertahun-tahun terasing, kutemukan juga kembali keluargaku.

Saat ini Alhamdulillah aku sudah sering mengunjungi kembali keluarga dan ibuku. Sekarang ibuku sangat menyayangiku, bahkan membanggakan aku dari saudara-saudaraku yang lain, walau aku punya masa lalu yang cukup kelam.

Ibuku telah meminta maaf berulang-ulang kali padaku, dan akupun tentu saja sudah memafkannya.

Adapun tentang suamiku, mungkin ini pelengkap cerita deritaku. aku telah resmi bercerai dengannya setelah beberapa tahun bertahan tanpa dihargai olehnya dan oleh sebhagian anak-anaknya (anak tiriku).

Jangan tanyakan tentang rasaku padanya sebab rasa tak mampu memperjuangkan apa-apa. Tidak ada yang berbeda antara aku perna ada rasa padanya atau ngak, yang jelas aku telah bertahan hingga memiliki 3 anak darinya, Anton, Aini dan Aina.

Sampai jumpa….

Tidak ada alasan untuk tidak bahagia.

Mengapa jarang bersedih ??

Sebelumnya sudah banyak yang bertanya tentang hal ini. Kenapa sih kamu sepertinya tidak pernah terlihat cemas atau sedih ? Gitu tanyanya.

Tidakkah engkau pernah melewati masa yang kadang menggiringmu pada titik yang mengharusmu sedih bahkan menangis ??

Aku hanya mampu menghela nafas panjang sambil melayangkan tatapan mata kearah sosok manusia yang amat tau tentangku. Beliau adalah tanteku, adik bungsunya ibu. Beliau masih jomblo saat itu. Aku tersenyum padanya tapi beliau justru melayangkan pandangan kelangit sambil menggigit bibir dan seketika terlihat tetesan butir bening dari kedua bola matanya. Ia bertutur dengan terbata-bata. Ia mengelus kepalaku dan berkata anakku ini telah menelan pahitnya pill kehidupn. Itulah sebabnya dia tidak lagi merasakan perihnya perjalanan takdir.

Bagaimana menurutmu jika engkau pertama kali mengulurkan hijabmu dan belajar untuk mengurangi jadwal keluar rumah sambil mengurangi untuk tampil didepan umum dengan alasan syari’at, lantas harus dihantam dengan dengan berbagai macam cacian, cibiran dan bahkan termasuk fitnah keji.

Orang-orang menyangkanya telah hamil diluar nikah. Hingga menjauh dari teman-teman, mengurung diri, untuk menyembunyikan aibnya. Yah seorang gadis belia yang baru berusia 14 tahun saat itu, bahkan baliqpun belum, tapi justru sudah disangka hamil. Dan hal yang aku sesali adalah mengapa saat itu aku tidak langsung memberikan dukungan padanya. Tapi aku bahkan ikut menyalahkan pakaiannya, bukan karena tidak percaya padanya. Hanya saja aku tidak suka ia dihina oleh orang-orang. Aku tidak suka perubahan yang membuat orang menyangkanya begitu hina.

Kuingat betul bagaimana aku memperlakukannya, kudapati ia tertidur diatas ranjang dan aku langsung saja menariknya dengan pisau ditanganku. Aku mengancamnya dan aku serasa ingin membunuhnya. Sekali lagi bukan karena tak percaya padanya tapi karena tak suka bahkan benci dengan kata-kata orang diluar sana. Sementara dia hanya menurut saja, ia bertanya padaku: tante, ada apa ? Kenapa tante ? Aku menjawab : diam ! Kamu hamil ? Benarkah kamu hamil seperti yang orang-orang sangkakan ? Ia menjawabku dengan tenang dan lembut. Tante percaya apa yang orang-orang katakan ? Aku terdiam dan melepaskannya. Aku kemudian berpikir sejenak. Ia melanjutkan, kalau tante percaya bahkan yakin tanpa orang-orang bisa membuktikan apa-apa. Tante boleh membunuhku. Mungkin dengan kembali kepada Allah dari skarang, Allah kelak akan lebih memuadahkan hizabnya kepadaku dihari kemudian. Aku tidak akan membenci kejadian ini.

Aku kemudian meletakkan pisau yang ada ditanganku lalu memeluknya tanpa ada sepatah-katapun, dan tentu saja dengan air mata yang sedang tumpah. Aku kemudian menghapus air mata yang masih meneter deras dipiku lalu berdiri dan berbalik pergi.

Aku menyusuri jalan-jalan panjang dengan sengaja mencari orang-orang yang masih mengira kepenakanku sedang hamil, hingga kutemui kerumunan orang dan kutanyakan: Siapa diantara kalian yang bilang penakan saya hamil ? ada yang menjawabku: saya hanya mendengarnya dari orang-orang.

Aku melanjutkan : Ia dan kaupun ikut menyebarkannya begitu ? Sekarang siapa diantara kalian yang bisa memberikan kepadaku bukti bahwa anak ponakan saya sedang hamil ? Semua hanya diam. Aku melanjutkan, kalau ada yang bisa menunjukkan bukti kepadaku, aku akan bawa dia kepadamu dan aku sendiri yang akan memenggal kepalanya didepan kalian. Tapi kalau tidak ada yang bisa membuktikan apapun, Maka hentikanlah berita dusta kalian ini. Lagi-lagi tidak ada yang berani menjawabku. Aku kemudian pergi meninggalkan kerumunan orang itu, kemudian kembali kerumah setelah memastikan diriku sudah tenang.

Sadis juga perjalanan hidupmu. Sekarang aku tau mengapa kau terlihat begitu kuat, sebenarnya tidak begitu juga kataku. Aku jarang menangis karena kuat tapi karena air mataku sangat berharharga. Jadi tidak sembarang orang yang boleh menyaksikannya. Makanya aku tidak mengumbarnya. Sebenarnya aku sering menangis tapi air mataku hanya kupersembahkan kepada yang maha penyayang, yang takkan pernah mencelah ataupun bosan kepadaku. Aku sering menangis bahkan aku selalu menangis saat mengeluhkan segala sesuatu padanya.

Catatan Jumat 23 Februari

Pagi ini aku berangkat begitu pagi dari Stiba, tepatnya dari rumah kontrakan adikku. Adik yang telah ditakdirkan Allah mendapatkan bahagian yang telah ditetapkan padanya.

Berharap besar agar tidak telat sampai ke sekolah tempat aku mengabdi. Aku bahkan tidak menyempatkan diri untuk sarapan namun qadar Allah terjadi aku tetap telat 2 menit, artinya nasehat pertama telah tercapai, berarti tinggal menunggu 2 kali nasehat untuk mendapatkan SP satuku. Satu hal yg luar biasa adalah ini untuk pertama kalinya aku tidak menyesali keterlambatanku. Yang sebelum-sebelumnya aku menyadari dan aku bisa pahami bahwa ini patut dijadikan sebagai pelajaran berharga. Yah, mungkin aku masih harus berusaha lebih maksimal dalam hal memenej waktu, menggenjot diri untuk jadi lebih baik. Adapun hari ini aku merasa tidak ada sesuatu yang harus kusesali. Aku tidak akan manyalahkan apapun andai pada saatnya kelak, aku harus di rumahkan. Begitulah bahasa yang digunakan disekolah kami. Sebab, dalam kerja maksimal tidak ada yang harus disesali, itulah yang kupahami. Apapun yang resmi telah menjadi qadar Allah tidak bisa disesali. Maka bagiku takdirku akan menentukan hidupku. Masa depan, walau aku tak mampu menebak namun aku telah sangat senang mendapatkan tantangan hari ini. Aku menyukai tantangan tapi aku tak akan mencari. Walau pada akhirnya perlahan tapi pasti dengan aturan yang berlaku dan aku yang hanya manusia biasa, sudah bisa dipastikan tentunya bahwa aturan ini akan membuatku kalah, mempertahankan diri untuk takkan pernah terlambat selama 9 kali selama dalam proses perjalanan yang kita tak tau entah sampai dimana dan kapan, tentunya itu hal yang takkan pernah terjaminkan.

Pagi ini, terjadi perbincangan antara aku dan kawan seperjuanganku. Kurang tau berawal dari mana yang jelas kuingat betul, kukatakan padanya tanpa berniat membandingkan antara sekolah kita dan sekolah lain. Bahwa di sekolah lain juga ada aturannya aku sempat mengangkat sekolah wahdah yang misalkan telat tiga kali dalam sepekan atau telat berturut-turut dalm sebulan tanpa alasan yang syar’i akan mendapatkan surat nasehat dan tidak mendapatkan kafalah tunjangan kinerja ustadzah perbulannya tanpa mengurangi gaji pokok. Tapi aku tidak sedang fokus pada gajinya. Aku justru fokus pada aturannya. Yah, itu hal yang tak begitu sulit pastinya sebab ada cerita penetapan telat dalam sebulan. Nah kita? Kita akan menjalani setiap 3 kali keterlambatan akan mendapatkan nasehat dan setelah mendapatkan 3 kali nasehat jatuh pada SP 1 dan ini tanpa penentuan waktu? Entahlah ini yang kupahami. Sudah bisa dipastikan tentunya, bahwa perlahan tapi pasti tinggal menunggu giliran di rumahkan masing-masing Hehe.

Sebab usaha keras kita kadang masih terkendala oleh sesuatu yang mungkin bisa saja membuat kita akan terjatuh pada keterlambatan tanpa diniatkan dan tanpa diusahakan misalkan 2, 3, sampai 5 menit mungkin.

Tapi aku tak merisaukan hal itu aku hanya akan menjalankan semampuku dan selebihnya akan kupasrahkan pada ketetapan takdirku nantinya. Yang jelas aku amat senang dengan dengan adanya suatu aturan, sebab tanpa aturan yang jelas dan kuat, kuakui betapa tidak bermutunya suatu pekerjaan.

Benar kata kepala sekolah, bahwa setiap sekolah memiliki aturannya masing-masing dan caranyapun berbeda-beda dan kita sebagai pekerja bebas memilih langkah bila merasa tak siap dengan aturan yang ada. Dan aku tentunya sebagai manusia yang menyukai tantangan akan berjalan sesuai arahan dan kesanggupan. Sebab aku siap meski pada akhirnya harus menyerah karena tak sanggup.

Inilah kehidupan dijalani hingga akhir sesuai harakat dan fitrahnya kesanggupan. Adapun tentang ketetapan Allah nantinya, cukuplah menjadi keyakinan dan kesediaan akan nya. sebab mau tak mau ketetapan itu akan ditampakkannya dan sebagai manusia jelas tidak ada pilihan lain selain menyerah pada takdirnya, jalani saja.

Sebuah proses untuk mengolah diri menjadi lebih baik kenapa harus dibenci? Adapun persoalan ke depannya, cukuplah menjadi sebuah kebaikan jika pada saatnya kelak harus tergiring.

Mungkin aku akan berterimakasih kepada Allah nantinya karena telah ijinkanku melewati proses yang indah. Sebab, setiap ketetapan Allah adalah yang terbaik, lalu mengapa harus benci pada aturan? Atau takut pada ketetapan.

Jalani segalanya dengan semangat penuh senyuman.
Tawakkal alallah
Laa haula walaquwwata illa billah.