Aku adalah seorang ibu yang besar hati untuk menerima segala lika-liku jalanan kehidupn.
Mungkin banyak yang tak percaya kalau cerita ini nyata, yang jelas aku percaya bahwa cerita ini benar adanya.
Namaku yani. Aku adalah seorang ibu yang saat ini memiliki 3 anak kandung dan 5 anak angkat. Aku menikah dengan suamiku 27 tahun silam. Usiaki dengannya terpaut 30 tahun. Aku bersuamikan laki-laki non muslim yang sangat sederhana. Dibilang tampang tidak juga dibilang kaya juga ngak. Tapi kok bisa ? qadarallah begitulah takdir Allah berlaku.
Aku terlahir dari keluarga terhormat dan berpendidikan. Ayahku adalah seorang polisi sementara ibuku seorang pegawai.
Takdir buruk sedang berpihak padaku. begitu kata ibuku. Aku ditakdirkan terlahir kembar, ibu kemudian mengasuh kakak kembarku, dan aku diserahkan kepada nenek untuk diasuhnya.
Tidak terlepas dalam garisan takdir. Kakak yang diasuh oleh ibuku meninggal dunia. Akhirnya ibu kebali menjemputku untuk tinggal bersamanya.
Kupikir semuanya akan berjalan normal karena menurutku tak ada sesuatu yang salah dari jalannya takdir, tapi tidak sesederhana itu, menurut ibu harusnya yang meninggal adalah aku bukan kakakku. Qadarallah ternyata kisah yang sering disaksikan di filem-filem harus kualami juga. Ibu sangat membenciku. dan aku diperlakukan dengan sangat berbeda dari saudara-saudaraku. Aku harus kerja keras untuk memenuhi kebutuhanku sendiri padahal ibuku termasuk orang berada sementara kakak dan adikku diperlakukan begitu manja.
Karena aku selalu diprlakukan berbeda. Aku akhirnya bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan kasih sayag yang sama dari ibuku. Yah mungkin juga karena didikan dari nenek yang selalu mengajarkanku untuk mandiri. maka bagiku megerjakan tugas rumah sudah biasa, dan tidak begitu sulit. Aku adalah anak yang terhitung cerdas dan penurut. waktu kecil aku bercita-cita menjadi guru agama. Tapi karena ibu melihatku memiliki akhlak yang lumayan baik dibandingkan saudara-saudaraku, ibu menganggap bahwa aku tidak harus masuk pesantren. Justru yang dimasukkan pesantren adalah kakak dan adikku yang katanya manja.
Bahkan ibu memilihkan sekolah Kristen untukku, meski ibu tau bahwa aku sangat ingin masuk pesantren.
Aku adalah seorang ibu yang diusia remajanya dihabiskan waktu untuk mengabdi pada ibu hingga sekaligus bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Terlebih setelah ayah menikah dengan perempuan lain dan ibu memilih untuk dicerai. Kalau masalah makan alhamdulillah bisa makan dirumah, tapi uang buku, tas, sepatu dll harus mengadakan sendiri.
Jika aku terlambat pulang dari sekoalah kadang harus dijemput dengan rotan plus tamparan dan kata-kata kasar. misalkan tidak usa pulang sekalian, sambil dilemparkan barang-barang keluar dari rumah. Satu, dua sampai tiga kali tak masalah buatku, masih bisa dimaklum bagaimanapun beliau adalah ibuku, tapi setelah kejadian itu beulang-ulang hingga suatu ketiika aku benar-benar tak sabar dan memutuskan untuk pergi dari rumah. Aku menaiki angkot yang aku sendiri tidak tau angkot tersebut mau kemana. Kemudian saat angkot itu berhenti, akupun turun tanpa tau arah ingin kemana. Setelah seharian dijalan akhirnya aku dipungut dan deberi tumpangan oleh orang baik. Menurutku orang tersebut bersedia menjadikanku anak angkat. Saat aku ditanya, karena perasaan kecewa yang begitu dalam aku sempat mengaku bahwa aku sudah tidak memiliki keluaraga. Tapi salah satu dari dari keluarga orang tersebut curiga kepadaku dan jadilah ditanyakan ulang keberadaanku dijalan. Akupun menjawab jujur. kemudian dipulangkanlah aku kerumahku setelah diyakinkan dengan beberapa hal, karena aku sempat menolak untuk dipulangkan. Salah satu bentuk ia meyakinkanku adalah dia mengaku bersedia jika saja ibuku masih mengulangi kesalahannya, maka ibu tersebut bersedia menerimaku kembali dirumahnya.
Setelah kejadian itu aku mengira sepulang kerumah mungkin ibu akan menyesali sedikit perbuatannya, atau paling ngak aku akan diperlakukan lebih baik, tapi nyatanya tidak, aku justru sangat kecewa karena kedatanganku kembali harus menyaksikan ibu bahkan sempat-sempatnya memberikan cerita bohong pada guruku yang memanggilnya kesekolah untuk mengetahui keberadaaku. Difitnah oleh ibu sendiri sakitnya luar biasa.
Aku adalah tamatan SMA. setelah selesai SMA aku bekerja sebagai pegawai perpustakaan diskolahku dan setelahnya aku diangkat menjadi bendahara keuangan diskolah. Untuk lebih layak menduduki pesisi keuangan diskolah. Aku sempat mengikuti kursus yang berpiagam untuk mempertahankan posisi tersebut. Namun lagi dan lagi menurut ibu pekerjaan tersebut gajinya kecil, jadi aku harus keluar kota untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus. Kebenaran tanteku membawa kabar bahwa dikampungnya mudah mendapat pekerjaan dan gajinya besar. dengan sangat berat hati, aku harus meninggalkan pekerjaan demi menuruti pinta ibuku, Aku mencoba menjadi anak yang baik untuk ibu. kemudian berangkatlah aku kekampung tante yang menawarkan pekerjaan yang katanya bagus.
Nyatanya disini tidak ada pekerjaan yang menjamin seperti yang dijanjikan tante. disini aku hanya membantu pekerjaan rumah tante. nyesak rasanya, karena aku kurang senang dengan kondisi ini, Aku akhirnya mencari pekerjaan sendiri, aku diterima sebagai tukang parkir mobil disalah satu mall besar. walaupun hanya menjadi tukang parkir setidaknya aku sudah punya pekerjaan sendiri.
Disinilah berawal takdir buruk. maklum tukang parkir didepan salah satu maal besar tuntutan kerja hingga larut malam.
Siapa sangka tantenteku ternyata tidak senang dengan pekerjaanku yang selalu pulang larut malam. Tapi mau gimana lagi untuk saat ini hanaya pekerjaan inilah yang aku punya, sambil mencari lowongan kerja yang lain, Jadilah aku lebih sering dikuncikan dan akhirnya kadang harus tidur diteras depan rumah atau ngak aku harus nebeng dirumah teman. Hingga suatu malam terjadi hal yang sangat-sangat tidak dinginkan.
Sepulang dari tempat kerja aku di ikuti oleh seorang laki-laki asing mengganguku hingga berhasil merampas keperawannanku.
Malam ini keperawanan seorang gadis malam berhasil dirampas oleh manusia bejat yang tak dikenal.
Setelah kejadian tersebut tanteku mencari tau siapa pelakunya, dan pelakunya adalah salah seorang yang bekerja juga diperusahaan yang sama denganku.
Malam itu andai aku tidak memiliki pemahaman agama secuil aku sudah memilih untuk bunuh diri, terlebih saat dipulangakan kepada ibuku dalam keadaan ternoda.
Aku berharap berita pemorkosaan itu hanya keluarga aku yang tau, ternyata tidak ibuku beserta tanteku bahkan sudah meberitahukan hal tersebut pada semua orang. Akhirnya aku harus menanggung malu ditanah lahirku sendiri. Aku dicemooh, dianggap manusia yang tak bisa menjaga diri. Aku kecewa, aku kalut dan bimbang, aku tidak tau lagi apa yang harus kulakukan.
Hingga akhirnya tanteku memberikan alamat laki-laki bejat itu akepadaku yang seakan-akan menyuruhku kepadanya. dan aku sebagai manusia yang hina dengan terpaksa meninggalkan rumah dan menemuinya lalu diperistri olehnya. Saat itu aku merasa tidak punya pilihan lain.
Bertahun- tahun lamanya aku harus menanggung derita bersamanya. Aku akhirnya memiliki Anton, Aini dan Aina darinya. Suamiku ternyata Kristen katolit tapi ia masuk islam setelah anak keduaku lahir yaitu Aini. Derita demi deritapun harus kunikmati.
Bagai menelan pill pahit kehidupan. Aku menjauh dari orang tuaku, dari keluargaku demi laki-laki yang tidak kukenal, kutau benar adat istiadat yang amat keras dikampungku adalah menikah dengan non islam berarti rela terbuang dan dianggap mati.
Apalah daya, akupun tidak pernah menghubungi keluargaku sebelum suamiku menjadi muslim.
Aku mulai mencari kembali kabar keluargaku setelah suamiku berislam dan qadarrallah aku tak tau satupun nomor HP dari kampungku maka aku harus bersurat kekampungku yang kukirimkan lewat pos, surat itu hampir saja tidak berhasil sampai pada tujuan, sudah berbulan-bulan surat tersebut sudah kukirimkan tapi tak ada satupun yang menghubungi aku. Padahal aku sudah memasukkan nomor HP untuk mereka hubungi. Aku juga sudah sangat merindukan ibuku, bagaimanapun masalaluku bersamanya tapi beliau tetaplah ibu yang aku rindukan.
Hingga keajaiban Allah terjadi, Allah ternyata belum sepenuhnya membuang aku, akhirnya pamanku yang kebenaran telah menjadi lura disana, mencoba membuka surat yang telah kusam, isi pos tersebut yang kuperuntukkan atas nama ibuku, dan setelah itu ia buru-buru menghubungi aku. Aku sangat sangat bahagia, akhirnya setelah bertahun-tahun terasing, kutemukan juga kembali keluargaku.
Saat ini Alhamdulillah aku sudah sering mengunjungi kembali keluarga dan ibuku. Sekarang ibuku sangat menyayangiku, bahkan membanggakan aku dari saudara-saudaraku yang lain, walau aku punya masa lalu yang cukup kelam.
Ibuku telah meminta maaf berulang-ulang kali padaku, dan akupun tentu saja sudah memafkannya.
Adapun tentang suamiku, mungkin ini pelengkap cerita deritaku. aku telah resmi bercerai dengannya setelah beberapa tahun bertahan tanpa dihargai olehnya dan oleh sebhagian anak-anaknya (anak tiriku).
Jangan tanyakan tentang rasaku padanya sebab rasa tak mampu memperjuangkan apa-apa. Tidak ada yang berbeda antara aku perna ada rasa padanya atau ngak, yang jelas aku telah bertahan hingga memiliki 3 anak darinya, Anton, Aini dan Aina.
Sampai jumpa….