Hikma dibalik sesal

Pagi yang istimewa, mungkin hanya menurutku saja, entahlah, beliau sengaja menyinggung halus atau memang kebiasaan menolongnya yang begitu luar biasa, yang jelas sifat lembutnya membuat hati ini tertampar begitu dalamnya.

Ukhuwah diantara kita memang sudah terhitung begitu erat, semoga tak direnggangkan oleh sesuatu apapun. ini bukanlah ketakutan, hanya untaian do’a saja.

Kebaikan, keunikan dengan gaya khasnya, sering membuat hati ini tertampar malu, begitu dalam dibuatnya.

Entahlah ? Mungkin memang beliau sengaja menjelaskan padaku dengan caranya agar aku bisa lebih memperhatikan dan memahaminya. Rupanya aku memang benar-benar harus belajar lebih peka lagi.

Ah ada juga bagusnya aku pandai beracting hingga tak terbaca wajah yang mungkin sedang memerah karena menahan malu saat itu. Walau sempat terperangah dan menatapnya dengan tatapan tajam yang seolah ingin membaca maksudnya. tapi, yah dibawa santai aja, syukur-syukur beliau tak menyadarinya.

Yang pasti apapun tujuan dan alasanya, menurutku itu adalah pendidikan yang teramat mendalam.

Pagi ini, lagi dan lagi aku harus datang terlambat, ada banyak alasan hingga tak berani mengutarakannya. Tentu saja faktor utamanya sudah tertebak, yah.. karena tidak pandai mengatur waktu. Ada alasan lain yang sengaja tidak kuutarakan, karena aku tau, sebenarnya bukan alasan yang beliau butuhkan tapi justru perubahan yang belum kunjung kukabulkan dan aku ingin mulai mencoba mengurangi untuk beralasan banyak.

Pastinya segala sesuatu terjadi, ada alasannya masing-masing, dan tentu saja setiap alasan membuat kita ingin dimengerti. aku tahu bahwa dengan mengutarakan yang sebenarnya bisa saja dimaklum dan bisa juga tidak. tapi dengan terus-menerus beralasan mungkin kedepannya akan lebih sulit mengubah diri. Ingin kupastikan bahwa alasan yang terpakai hanya yanh memang benar-benar genting meskipun aku juga tau bahwa tak menyampaikan alasan sama skali pun adalah kesalahan. Namun dalam menentukan pilihan yang bijak memang kadang diperhadapkan dengan kondisi yang sedikit rumit.

Yah semoga Allah memudahkan, agar tak selalu mengulangi kesalahan yang sama.

Keterlambatanku pagi ini ditambah dengan tugas yang belum sempat diselesaikan membuatku harus duduk cantik dikantor kepsek, sebenarnya enteng saja, sebab duduk dikantor kepsek sudah biasa bagiku, dan jujur pertanyaan dan pernyataan tak membuatku begitu merasa bersalah sebab lagi dan lagi bagiku itu adalah biasa. tapi justru tingkah uniknya yang berhasil membuaku terjatuh, tersungkur pada titik nol. Ada rasa bersalah diasan, ada rasa malu dan ada penyesalan.

Mengapa harus beliau yang menyarankanku menggunakan laptop lain ?
Dan mengapa pula aku tidak bergegas untuk mencari dan mengambil sendiri ?

Mengapa harus beliau yang mengambilkannya ?

Sungguhkah hal itu tak pernah terpikirkan olehku ? Bukan begitu, hanya saja ulah cuek yang sedang mendewa membuatku mampu acuhkan segalanya.

Aku yang serasa ratu baginya, sudah seharusnya dan sudah saatnya belajar lebih peka. Siapalah aku ini ?

Semoga beliau dapat melapangkan segala lalaiku, dan semoga Allah pun sudi mengampuni.

Penulis: Amirah jasmine

Amirah jasmin, penulis abal-abal super pede. alasan menus yah karena senang aja. alasan membagikan tulisan yah kali aja bisa menjadi asbab kebaikan buat para pembaca.

2 tanggapan untuk “Hikma dibalik sesal”

Tinggalkan komentar